RIAU ONLINE, SIAK - Makanan sering kali menjadi salah satu produk budaya yang melekat dengan kehidupan masyarakat. Tak terkecuali dengan Masyarakat Suku Sakai yang tinggal di Provinsi Riau.
Makanan yang berbahan dasar menggalo atau ubi racun ini menjadi salah satu makanan pokok yang dikonsumsi Masyarakat Adat Suku Sakai. Tak perlu khawatir, pengolahan yang panjang pada menggalo menjadikannya aman untuk dikonsumsi rutin.
Mulanya, makanan bercita rasa hambar dengan sedikit aroma apek ini diolah secara tradisional dengan peralatan sederhana. Singkong yang sudah direndam selama tiga hari harus diparut dan diperas untuk menghilangkan kadar airnya.
Ampas yang didapatkan dari proses ini akan disangrai hingga menjadi serbuk atau kerak nasi. Penganan turun temurun ini bisa dicampur dengan gula pasir atau parutan kelapa.
Riau’s Youth Leader Club (RiYoLC) 2024 yang berada dibawah binaan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Rumah BUMN Riau kembali mengangkat makanan ini sebagai bentuk pelestarian budaya sekaligus pemberdayaan ekonomi lokal.
Bertempat di Desa Minas Barat, Kabupaten Siak, Tim Pengabdian RiYoLC 2024, masyarakat setempat, para pegiat budaya, hingga perwakilan pemerintah daerah memasarkan produk olahan singkong ini selama dua pekan dalam kegiatan Kenduri Mangalo Mesik pada 12-26 Oktober 2024.
Melalui kegiatan pengabdian ini Tim RiYoLC 2024 memberikan bantuan teknologi modern untuk memperluas pasar dan meningkatkan nilai ekonomi dari produk olahan singkong.
Ketua Tim Pengabdian RiYoLC 2024, Bagus Duhan Irfandy, S.T. menyampaikan bahwa tujuan utama kegiatan ini adalah untuk memperkenalkan singkong atau masyarakat sakai lebih mengenal dengan istilah “Mangalo” ini sebagai komoditas bernilai ekonomi tinggi yang memiliki potensi untuk berkembang di pasaran luar daerah.
“Kami berharap produk Suku Sakai ini tidak hanya dikenal di lingkup lokal, tapi juga dapat menarik perhatian pasar yang lebih luas. Dengan begitu, warga Desa Minas Barat bisa merasakan manfaat ekonomi secara langsung,” ujarnya.
Tamu yang hadir diajak mencicipi setiap produk dan mendengarkan penjelasan dari anggota tim RiYoLC serta warga setempat tentang cara pembuatan dan sejarah di balik makanan tersebut.
Tidak hanya menikmati kelezatan pangan lokal, para pengunjung juga diajak memahami bahwa setiap produk memiliki makna budaya yang mendalam dan merupakan hasil dari kearifan lokal.
Apresiasi dan ungkapan terima kasih kepada Tim RiYoLC disampaikan oleh Kepala Desa Minas Barat Ayang Bahari. Kegiatan ini, dikatakannya, akan membantu program pengembangan UMKM Lokal di desanya
“Terima kasih kami ucapkan kepada adik-adik tim RiYoLC dua minggu melaksanakan pengabdian disini membantu mengembangkan UMKM Lokal disini khususnya produk lokal Suku Sakai yaitu Produk Mangalo” ujarnya.
Perwakilan Kecamatan Minas, Duski Amin berharap agar pengembangan produk UMKM Lokal dapat terus berlanjut dan berkembang demi mendukung pengembangan kebudayaan dan pendapatan masyarakat daerah lebih baik kedepannya.
Sebagai bentuk dukungan untuk modernisasi produksi, Tim Riau’s Youth Leader Club menyerahkan mesin parut dan kompor skala industri rumah tangga produksi kepada kelompok usaha Mangalo di Desa Minas Barat.
Dengan peralatan ini, diharapkan akan meningkatkan kualitas serta kapasitas produksi olahan singkong oleh kelompok usaha ini.
Selain bantuan mesin, Tim RiYoLC bersama perwakilan Pemerintah Desa dan Kecamatan Minas Kabupaten Siak juga menyerahkan Sertifikat Nomor Induk Berusaha (NIB) kepada pelaku UMKM yang bergerak di berbagai sektor yang telah berkembang di Desa Minas Barat.
NIB ini merupakan bagian dari program pemerintah untuk memudahkan legalitas dan pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah agar lebih terstruktur dan memiliki kesempatan mengakses bantuan, pembinaan, serta pemasaran.
Tim Pengabdian RiYoLC Desa Minas Barat dari Kelompok 4 Fantastic Four yakni Bagus Duhan Irfandy, S.T., Lady Asia, Putri Oktavia Ramadhani, Tugiran dan Reggina Gabriella Putri Sembiring bersama Lokal Hero Desa Minas Barat Saputra Yadi melalui program ini berharap perekonomian masyarakat Desa Minas Barat dapat meningkat, produksi mangalo ini tidak hanya menciptakan lapangan kerja baru tetapi juga memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat setempat, sehingga kesejahteraan mereka terus meningkat.
Tim RiYLoC mendorong UMKM Mangalo untuk terus melakukan inovasi, baik dari segi varian produk maupun kemasan, agar produk mangalo khas Suku Sakai semakin menarik di mata konsumen serta membangun sinergi yang kuat dengan pemerintah daerah dan pihak swasta untuk pengembangan usaha.
Masyarakat adat Suku Sakai di Provinsi Riau adalah salah satu kelompok etnis pribumi yang mendiami wilayah tersebut.
Mereka memiliki karakteristik budaya dan adat istiadat yang khas, meskipun, seperti yang sering terjadi dengan suku-suku pribumi, mereka menghadapi berbagai tantangan dalam mempertahankan tradisi mereka karena dampak modernisasi dan perubahan lingkungan.
Suku Sakai di Riau dahulu umumnya hidup di hutan-hutan pedalaman dan bermukim tidak jauh dari sungai, mereka memiliki gaya hidup yang sangat tradisional, bergantung pada pengetahuan tentang alam dan hutan untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari, seperti makanan, pakaian, dan peralatan rumah tangga.