RIAU ONLINE, SIAK - Wali murid SMAN 1 Bungaraya, Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak, mengapresiasi Program Parenting sebagai wadah menyalurkan aspirasi dan keluhan orang tua terkait proses belajar anak.
Wasiran, satu dari sejumlah wali murid SMAN Bungaraya mengatakan melalui program ini wali murid punya wadah untuk menyalurkan aspirasi dan keluhan terkait proses belajar anak. Sehingga terjalin komunikasi yang baik antara wali murid dengan guru di sekolah.
“kami jadi tau seperti apa anak kami di sekolah, begitu pula dengan guru jadi tahu bagaimana anak di rumah, sehingga orang tua jadi tahu bagaimana cara mendidik anak yang baik di rumah,” terangnya.
"Contohnya tadi kita dibekali pengetahuan bagaimana cara menggunakan gadget yang baik, Kedepan orang tua akan lebih mengontrol penggunaan gadget pada anak, supaya tidak salah guna dan bermanfaat dengan baik," ungkap Wasiran.
Kepala Sekolah SMAN 1 Bungaraya, Reni Agustianti, mensosialisasikan dan me-launching program Parenting SMAN 1 Bungaraya. Sosialisasi perdana melibatkan 200 wali murid perwakilan masing-masing kelas yang digelar di gedung serba guna SMAN 1 Bungaraya, Siak, Selasa, 31 Oktober 2023 Senin lalu.
Reni menyebut ini merupakan program perdana yang diterapkan di SMAN 1 Bungaraya. Ia menyebut program ini akan disosialisasikan kepada seluruh wali murid secara bergantian, dan juga memberikan pelayanan prima kepada wali murid.
“Apabila wali murid tidak bersedia menyampaikan aspirasi ataupun curhat terkait anaknya datang langsung ke sekolah ataupun via telepon, guru akan datangi ke rumahnya,” katanya.
Pada sosialisasi perdana ini, kata Reni, dihadirkan wali murid yang anaknya tergolong berprestasi dan tidak berprestasi. Tujuannya, agar para wali murid dapat saling sharing pola asuh anak yang berprestasi di rumah, dan juga mengetahui kendala wali murid yang anaknya belum berprestasi dan bisa mencontohnya.
Fajar Marta, pemateri dan juga guru SMAN 1 Bungaraya, menerangkan parenting adalah program pengasuhan oleh orang tua terhadap anaknya dengan cara memperhatikan sejumlah aspek, mulai dari fisik, emosional, sosial, intelektual, dan spiritual.
Tujuannya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua dalam melaksanakan perawatan, pengasuhan, dan pendidikan anak di dalam keluarga sendiri dengan landasan dasar-dasar karakter yang baik.
Mempertemukan kepentingan dan keinginan antara pihak keluarga dan sekolah guna menyamakan tujuan, sehingga pendidikan karakter yang dikembangkan saat sekolah nanti dapat berlanjut di lingkungan keluarga.
"Kita kolaborasikan program di sekolah sesuai aturan di kurikulum dengan program di rumah yang diajarkan oleh orang tua, agar anggota keluarga khususnya orang tua, pengasuh, dan orang dewasa di sekitar anak mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam mengasuh serta mendidik anak. Sehingga dapat mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dan berkarakter," terang Fajar.
Lanjutnya, adapun tujuan pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan pelibatan keluarga pada penyelenggaraan pendidikan menurut permendikbud 30 tahun 2017 Pasal 2 yaitu, meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab bersama antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan, mendorong penguatan pendidikan karakter anak, meningkatkan kepedulian keluarga terhadap pendidikan anak, membangun sinergitas antara satuan pendidikan, keluarga, dan masyarakat, dan mewujudkan lingkungan satuan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan.
"Dengan menerapkan program Parenting kolaborasi pola asuh anak di sekolah dan di rumah, tentunya supaya terjalin silaturahmi antara sekolah dan wali siswa, memberi dan menerima informasi perkembangan peserta didik, terdeteksinya permasalahan pada siswa dan orang tua, meningkatkan kualitas pembelajaran, meminimalisir siswa yang bermasalah, memberikan informasi program sekolah pada orang tua," ucap Fajar.
Parenting memiliki banyak jenis diantaranya Alauthority parenting, yakni gaya mengasuh anak yang ditandai dengan tuntutan tinggi dari orang tua, namun dengan respon perhatian yang sangat rendah.
Kemudian Authoritative Parenting merupakan tipe pola asuh yang memiliki tuntutan dan respon yang tinggi, salah satunya ditandai dengan sikap orang tua yang disiplin dan tanggap terhadap kebutuhan serta keinginan anak.
Sedangkan Permissive Parenting, di mana pola asuh anak ditandai dengan tuntutan yang rendah dari orang tua, namun respon dan pengamatan orang tua sangat tinggi.
Neglectful Parenting adalah pola asuh orang tua terhadap anak-anaknya dengan memberikan waktu serta biaya yang sangat minim.
Terakhir, Overprotective Parenting, dimana orang tua akan merasa begitu khawatir dan cemas terhadap anak-anaknya secara berlebih.
"Melalui program ini orang tua wali murid diberi kebebasan untuk konsultasi, sharing ataupun memberi masukan kepada guru pengajar. Bisa melalui wali kelas, guru Bimbingan Konseling (BK), Kesiswaan dan juga guru di bidang humas," tutup Fajar Marta.