RIAU ONLINE, PEKANBARU-Presiden Jokowi mengungkapkan Riau masuk dalam lima besar provinsi dengan tingkat inflasi tertinggi di Indonesia. Hal itu disampaikannya dalam Rakornas Pengendalian Inflasi 2022, di Kantor Bank Indonesia, Kamis 18 Agustus 2022.
Menanggapi hal tersebut, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (Kpw BI) Riau bakal menyiapkan koordinasi untuk mengkonsolidasikan program dan merancang langkah strategis untuk upaya pengendalian inflasi ke depan.
"Karena masih dalam pembahasan kami belum bisa secara detail menyampaikan," ungkap Deputi Kepala Perwakilan BI Riau Maria Cahyaningtyas, Sabtu 20 Agustus 2022.
Ia mengungkapkan, sebetulnya upaya pengendalian inflasi sudah sejak awal dideteksi ada risiko tekanan inflasi.
"Saat ini ketahanan pangan memang menjadi fokus, hal ini sejalan dengan arahan presiden," imbuhnya.
Sementara, berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau di Kota Pekanbaru, Dumai dan Tembilahan, pada Juli 2022 di Riau terjadi inflasi sebesar 0,83 persen, atau terjadi peningkatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 112,44 pada Juni 2022 menjadi 113,37 pada Juli 2022.
Lalu, untuk tingkat inflasi tahun kalender sebesar 6,17 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun sebesar 7,04 persen.
Hal ini menjadikan Riau masuk dalam 5 besar inflasi tertinggi secara nasional yaitu berada di urutan ke-4, yaitu Provinsi Jambi 8,22 persen, Sumatera Barat (Sumbar) 8,01 persen, Bangka Belitung (Babel) 7,77 persen, Riau 7,04 persen, dan Aceh 6,69 persen.
Kepala BPS Riau Misfaruddin menyampaikan, pemicu inflasi Riau adalah pangan, terutama cabai merah, terlebih Riau bukanlah provinsi penghasil atai produsen. Di mana komoditas pangan kebanyakan dikirim dari provinsi lain seperti Sumatera Barat (Sumbar), Sumatera Utara (Sumut), dan lain-lain.
"Di Sumbar saja inflasi tinggi," imbuhnya.
Lebih lanjut, Misfaruddin memberikan masukan kepada Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Riau untuk memastikan jalur distribusi aman.
"Jadi aman itu begini, transportnya nggak tinggi, tapi jadi dilema lagi karena harga BBM tinggi," ucapnya.
Sehingga, Misfaruddin menyarankan agar Riau dapat mandiri secara pangan. Menurutnya kemandirian pangan di Riau masih belum optimal. Untuk mengoptimalkannya bisa dengan membangun sentra penghasil pangan sehari-hari seperti cabai dan lainnya, dengan memanfaatkan lahan yang bisa ditanami tanaman pangan.
"Ini perlu koordnasi dengan kabupaten/kota. Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan juga saya sarankan demikian, jangan kita bergantung, apa yanh bisa kita lakukan, galakkan lagi, dari pemerintah setempat. Kita pasok bibit unggulnya," pungkasnya.