Laporan Linda Mansari
RIAU ONLINE, PEKANBARU-Sebagai kepercayaan rakyat atau keyakinan rakyat, ungkapan pantang larang perlu kiranya dilestarikan. Hal ini dimaksudkan agar selamat, terhindar dari hal-hal buruk atau hal-hal yang tidak diinginkan, baik diri sendiri maupun masyarakat lainnya.
Begitu pula bagi masyarakat Melayu Belantik. Ungkapan pantang larang itu sesungguhnya merupakan warisan turun temurun dari generasi terdahulu kepada generasi penerusnya. Saat ini Riau Online akan membahas mengenai Riau, Ini dia 6 Ungkapan Pantang Larang Masyarakat Melayu Belantik ,simak ulasannya berikut ini.
Ungkapan Pantang Larang di Dusun Belantik
Ungkapan pantang larang pada intinya menanam[1]kan nilai-nilai agama, budaya, dan norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat kepada generasi penerus bangsa.
Dalam masyarakat Melayu Riau umumnya sudah lama mengenal ungkapan (petatah-petitih). Hal ini dapat kita jumpai dalam pembicaraan sehari[1]hari maupun dalam pembicaraan adat.
Pantang larang pada hakikatnya merupakan segala perbuatan yang ditabukan berdasarkan kepercayaan tradisional yang mereka warisi turun temurun. Oleh karenanya, hal ini boleh dikatakan sebagai sesuatu yang dianggap sakral.
Ungkapan pantang larang di Dusun Kabupaten Siak, Provinsi Riau, dapat dilihat makna tersirat (implisit) dan makna tersurat (eksplisit) serta strukturnya. Berikut disajikan ungkapan pantang larang dan maknanya.
- Pantang anak gadis mandi malam[1]malam/senja-senja/magrib-magrib, nanti digigit atau dicubit hantu air.
Kepercayaan rakyat di atas ini memiliki dua struktur, yaitu sebab dan akibat. Yang menjadi sebab adalah pantang anak gadis mandi malam[1]malam/senja-senja/magrib-magrib dan yang menjadi akibat adalah nanti digigit atau dicubit hantu air.
Makna tersurat dari ungkapan pantang larang ini adalah ancaman digigit atau dicubit hantu air bagi anak gadis yang mandi malam hari.
- Pantang pagi-pagi duduk termenung di depan pintu, jauh rezeki.
Kepercayaan rakyat di atas ini memiliki dua struktur, yaitu sebab dan akibat. Yang menjadi sebab adalah pantang pagi-pagi duduk termenung di depan pintu dan yang menjadi akibat adalah akan jauh rezeki.
- Riau, Ini dia 6 Ungkapan Pantang Larang Masyarakat Melayu Belantikselanjutnya adalah
Pantang kalau masak nasi ditinggalkan, kalau seandainya ke sungai nanti bisa dimakan buaya.
Kepercayaan rakyat di atas ini memiliki dua struktur, yaitu sebab dan akibat. Yang menjadi sebab adalah pantang kalau masak nasi ditinggalkan dan yang menjadi akibat adalah kalau seandainya ke sungai nanti bisa dimakan buaya.
- Pantang melangkahi garam, susah buang air kecil. Kepercayaan rakyat di atas ini memiliki dua struktur, yaitu sebab dan akibat.
Yang menjadi sebab adalah pantang melangkahi garam dan yang menjadi akibat adalah susah buang air kecil.
Makna tersurat dari ungkapan pantang larang ini adalah akan susah buang air kecil bila melangkahi garam. Ungkapan pantang larang ini biasanya disampaikan orang tua kepada anaknya.
- Pantang menjemur baju di malam hari, kena ludah setan.
Kepercayaan rakyat di atas ini memiliki dua struktur, yaitu sebab dan akibat. Yang menjadi sebab adalah pantang menjemur baju di malam hari dan yang menjadi akibat adalah kena ludah setan.
Makna tersurat dari ungkapan pantang larang ini adalah kena ludah setan bila menjemur baju pada malam hari. Ungkapan pantang larang ini biasanya disampaikan orang tua kepada anak perempuannya.
- Pantang tidur magrib-magrib, nanti disuruk atau disembunyikan orang bunian. Kepercayaan rakyat di atas ini memiliki dua struktur, yaitu sebab dan akibat.
Yang menjadi sebab adalah pantang tidur magrib-magrib dan yang menjadi akibat adalah nanti disuruk atau disembunyikan orang bunian.
Makna tersurat dari ungkapan pantang larang ini adalah nanti disuruk atau disembunyikan orang bunyian bagi orang yang tidur magrib.
Sekian informasi mengenai Riau, Ini dia 6 Ungkapan Pantang Larang Masyarakat Melayu Belantik. Semoga informasi yang telah Riau Onineberikan bermanfaat bagi pembaca.
Sumber : Elvina Syahrir: Ungkapan Pantang Larang Masyarakat