Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau Maamun Murod menerima tanaman endemik langka dari Ketua KTH Bukik Ijau, Hendri Yanto/istimewa
(istimewa)
RIAU ONLINE, PEKANBARU- Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Bukik Ijau, Hendri Yanto didampingi perwakilan Yayasan Hutanriau berkunjung ke Pekanbaru.
Kedatangan mereka ke Pekanbaru untuk menyerahkan delapan 8 jenis bibit tanaman buah hutan endemik riau yang bernilai jual tinggi dan sudah mulai langka keberadaannya kepada Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau Maamun Murod.
Kelompok Tani Hutan (KTH) Bukik Ijau merupakan sekelompok masyarakat petani yang hidup di sekitar Hutan Lindung Bukit Batabuh (HLBB), Provinsi Riau. KTH ini dibentuk pada tahun 2016 di Desa Air Buluh, Kabupaten Kuantan Singingi yang saat ini telah meraih kelas Madya.
“Kami bersilaturahmi kepada pembina kami di Dinas Kehutanan dan BPDAS untuk memperoleh dukungan (dalam) memperkenalkan Sentra Jernang dan Sekolah Tani Hutan yang kami mulai dari Kuantan Singingi” ungkap Hendri.
Adapun 8 bibit yang dihantarkankan Hendri yaitu Jernang jantung, Jernang burung, Maneh, Kulun tunjuak, Kaki nyamuak, Melang taun, Ghitan dan Barangan (chest nut). Kedelapan jenis bibit ini dibawa langsung oleh Hendri dari Desa Air Buluh yang waktu tempuhnya lebih kurang 7 jam dari kota Pekanbaru.
Kepala DLHK Provinsi Riau, Maamun Murod menyambut gembira kedatangan KTH Bukik Ijau dan beliau langsung mengagendakan untuk turun ke Desa Air Buluh minggu depan.
“Saya sangat gembira atas kunjungan ini, insya Allah minggu depan kami akan turun ke lapangan untuk melihat langsung budidaya Jernang yang dilakukan KTH (Bukik Ijau)” ujar Murod saat dikonfirmasi.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Riau Maamun Murod melihat 7 tanaman langka yang dihadiahkan Ketua KTH Bukik Ijau, Hendri Yanto/istimewa
Usai dari pertemuan dengan Kepala DLHK Riau, Hendri melanjutkan silaturahminya ke kantor BPDASHL Inrok di Jalan Bakti, Pekanbaru. Disana ia disambut oleh Kepala Seksi Rehabilitasi Hutan dan Lahan (Kasi RHL), Bapak Desmantoro, S.Hut, M.Si.
“Pembibitan tanaman buah lokal yang hampir punah ini bisa menjaga kekayaan plasma nutfah kita, terimakasih kami ucapkan atas upaya KTH Bukik Ijau untuk terus melestarikan buah buahan hutan lokal, bibit ini akan menambah koleksi tanaman dalam Hutan Komunitas binaan kami” kata Desmantoro.
Hendri Yanto menambahkan terkait budidaya Jernang yang diinisiasi oleh masyarakat Desa Air Buluh saat ini telah meluas ke desa-desa tetangga di antaranya Pantai, Lubuk Ramo, Sungai Besar, Kasang, Aur Duri, Bukit Kauman, Sungai Manau, Lubuk Ambacang dan Koto Sentajo.
Jernang adalah resin berwarna merah darah atau merah tua dari beberapa spesies rotan dari marga Daemonorops. Resin Jernang yang dipilih sebagai ikon tanaman hutan bernilai jual tinggi oleh KTH Bukik Ijau saat ini diperkirakan menembus harga sekitar 4-5 juta rupiah per kilogram.
Untuk memperluas pengetahuan masyarakat Riau terkait komoditas Jernang dan tanaman lokal bernilai jual tinggi dari HLBB, KTH Bukik Ijau juga telah mendirikan Sekolah Tani Hutan.
“Masyarakat yang ingin belajar tentang Jernang dan tanaman hutan lainnya bisa berkunjung ke kelompok kami, kami siap membagikan ilmu yang kami punya” ujar Hendri.