(istimewa)
Senin, 28 September 2020 18:02 WIB
(istimewa)
Laporan : Hidayatul Fitri
RIAU ONLINE, PEKANBARU – Potensi budidaya kelengkeng dalam menunjang perekonomian disektor pertanian cukup menggiurkan di Pekanbaru, Riau.
Seperti yang telah dilakukan salah seorang petani asal Pekanbaru, Sigit sejak 2014 silam. Ia memiliki kebun kelengkeng berbuah lebat, di Jalan Kadiran, Kelurahan Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau.
Sebelum fokus di kelengkeng, Sigit sempat mengalami jatuh bangun saat bertanam cabai dan melon. Ia merasakan gagal panen dan sulitnya memasarkan hasil budidaya tanaman.
Kegagalan dalam bertani melon dan cabai membuat Sigit tak patah arang. Ia terus berusaha mencari potensi lainnya. Satu hal yang terlihat saat itu yakni kelengkeng. Buah beraroma wangi dengan rasa manis ini belum banyak ditemui atau dibudidaya oleh petani di Pekanbaru.
Sigit mulai melakukan survei pasar kelengkeng. Ia melihat ada peluang pasar kelengkeng sangat bagus karena banyaknya permintaan konsumen.
“Di pasar yang sering kekurangan ternyata stok buah kelengkeng,” katanya.
Baca Juga
Sigit kemudian mencari tahu tentang syarat tumbuh kelengkeng dan ia merasa cocok dengan iklim di Riau. Berbekal pengalaman sebagai seorang pengurus pembibitan tanaman perkebunan di sebuah perusahaan swasta ia memutuskan untuk budidaya tanaman kelengkeng.
“Iklimnya cocok, budidayanya tergolong gampang dan pasarnya bagus jadi saya kembangkan,” ujarnya.
Ia mulai budidaya kelengkeng dengan menanam 100 pohon. Satu pohon mampu menghasilkan 90 – 100 kg buah kelengkeng. Ia menjual Rp 50 ribu perkilo sehingga satu pohon bisa meraup untung Rp 5 juta.
Ia juga menjual kelengkeng kepada pengunjung yang langsung datang ke kebun kelengkeng.
“Orang suka datang ke sini untuk beli dengan cara memetik langsung dari pohonnya,” ujarnya.
Ia melakukan usaha budidaya kelengkeng secara independen atau tidak bekerjasama dengan pihak lain.
“Banyak toko buah yang ingin bermitra tapi saya tidak bisa terima karena saya juga masih sering kekuranga stok,” katanya.
Saat ini, Sigit memiliki 7 karyawan untuk mengurus kebun kelengkeng miliknya.
Selain itu, ia juga menjual bibit kelengkeg hasil okulasi dan cangkok. Satu bibit dibandrol Rp 150 ribu. Bibit yang digunakan yaitu varietas New Crystal dan Itoh.
Sigit juga terbuka untuk berbagi ilmu kepada pelanggan yang membeli bibit kelengkeng darinya.
“Jika mereka mengadu ada masalah jika sempat saya akan datangi lokasi tanamnya,” ungkapnya.
Ia berharap bisa terus maju membudidayakan kelengkeng.