RIAU ONLINE, PEKANBARU - Politikus PDI Perjuangan, Kapitra Ampera meminta semua pihak tidak mempolitisasi perbedaan antara masjid dengan pusat perbelanjaan di tengah wabah Covid-19 ini.
"Dulu kan kalau sudah H-10 (lebaran) masjid juga sepi dibanding mall dan pasar. Jadi jangan mengkambinghitamkan, Memang kita orang yang selalu ke masjid? Wallahu'alam," kata Kapitra, Kamis, 21 Mei 2020.
Dijelaskan pengacara kondang ini, masalah ibadah dan kebutuhan ekonomi tidak bisa disamakan. Karena ada alternatif dalam melaksanakan ibadah shalat lima waktu, sedangkan kebutuhan ekonomi tidak.
"Ibadah itu bisa dialihkan ke rumah masing-masing. Kalau misalnya masjid jadi satu-satunya tempat ibadah, tak ke masjid shalat kita jadi tidak sah, itu pasti pemerintah buka masjid. Tapi sekarang kan dianjurkan shalat di rumah. Kalau pasar orang mau beli beras mau dipindahin kemana?" tambahnya.
Kemudian, intensitas aktivitas masjid jauh lebih beresiko dibanding aktivitas pasar. Orang beraktivitas di masjid lima kali sehari, tapi kalau pasar orang hanya beraktivitas dalam jangka waktu tertentu saja.
"(Di Masjid) itu interaksi tinggi, potensi penularan juga tinggi. Kalau ke pasar kan orang pas butuh aja, sekali seminggu misalnya. Jadi tidak usah dipertentangkan lagi lah," tuturnya.
Lagian di beberapa daerah, contohnya Pekanbaru masih ada rumah ibadah yang beraktivitas namun tetap mengacu pada protokoler Covid-19, menjaga jarak dan memakai masker.
Lebih jauh, Kapitra menyebut penyebab Covid-19 tak tuntas adalah karena tidak singkronnya komunikasi antar pemangku kepentingan sehingga berdampak pada ketidakpedulian masyarakat.
"Kalau kita mau, ya kita mesti stay 15 hari di rumah. Tapi disiplin masyarakat kita rendah ditambah dengan kepastian regulasi dari pemerintah juga tidak ada. Ini bilang boleh, itu bilang tidak boleh. Ya jadinya nabrak semua," pungkasnya.
Sekarang ini, tegas Kapitra, yang paling penting adalah masyarakat menjaga dirinya masing-masing dan terus meningkatkan imunitas tubuh. Karena, sampai hari ini tidak ada negara yang bebas dari Covid-19.
"Dimanapun di dunia ini, tidak ada lockdown yang berhasil. Jadi kedisiplinan saja yang ditingkatkan. Pemerintah juga serba salah, mau dikurung semua ya aktivitas ekonomi tak jalan. Kalau pendapatan negara stuck. Ya kan susah juga," tutupnya.