Laporan: ROBI SUSANTO
RIAU ONLINE, TELUK KUANTAN - Puluhan ribu masyarakat di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing), Riau mungkin hanya bisa bermimpi melihat air sungai kuantan bisa jernih lagi.
Dampak aktivitas Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) di sejumlah lokasi di sepanjang aliran sungai kuantan dan sungai kecil yang bermuara ke sungai kuantan membuat kondisi air sungai kuantan menjadi keruh dan tercemar limbah berbahaya.
Namun sungai yang melintasi dua Provinsi dan tiga Kabupaten di Provinsi Riau ini sampai sekarang masih dimanfaatkan oleh masyarakat mulai untuk mandi hingga mencuci serta sebagai air baku PAM.
Musim kemarau yang terjadi beberapa bulan lalu, sungai kuantan yang melintasi Kabupaten Kuansing, Inhu dan bermuara ke Kabupaten Indragiri Hilir ini sempat diserbu ribuan masyarakat yang mengalami kekeringan untuk bisa mandi dan mencuci.
Warga terpaksa mandi dan mencuci meskipun kondisi air sungai kuantan keruh dan pekat. Tidak ada pilihan lain selain harus menggunakan sungai kuantan sebagai tempat mandi dan mencuci.
Kurangnya perhatian pemerintah terhadap kondisi lingkungan sungai kuantan menjadi salah satu penyebab aliran sungai kuantan hingga saat ini masih mengalami kerusakan dan tercemar.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pekarjaan Umum dan Penataan Ruang Kuansing melalui Kepala Bidang Cipta Karya, Alfion Hendra mengatakan hingga saat ini ada 6 unit Perusahaan Air Minum (PAM) menggunakan air baku berasal dari sungai kuantan.
"Jumlah PAM kita ada 9 unit, sekitar 6 unit itu air bakunya kita ambil dari sungai kuantan. Air PAM ini bisanya hanya untuk mandi dan mencuci, kalau untuk air minum tidak bisa," ujar Alfion, Jumat, 1 November 2019.
Termasuk juga katanya, satu unit PAM yang berada di Kecamatan Singingi Hilir, itu sumber airnya berasal dari sungai Singingi, kondisinya juga tercemar akibat aktivitas tambang emas.
Alfion menyampaikan, 6 unit PAM yang air bakunya berasal dari sungai kuantan diantaranya Teluk Kuantan, Lubuk Jambi, Benai, Cerenti, Baserah dan Inuman.
"Data 2018 jumlah pelanggannya mencapai 2.609 pelanggan," ujar Alfion. Kemudian untuk jumlah pelanggan di Koto Baru Kecamatan Singingi Hilir itu hanya 85 pelanggan berdasarkan data tahun 2018.
Menurut Alfion tidak ada sumber air lain yang bisa digunakan sebagai air baku selain berasal dari sungai kuantan. "Dulu sebelum ada aktivitas penambangan air sungai kuantan ini jernih, tapi sejak marak tambang emas air menjadi keruh," katanya.
Mesin PAM yang ada tidak mampu untuk mengolah air baku dari sungai kuantan menjadi jernih mengingat kondisi air sungai cukup keruh dan pekat.
Hingga saat ini masyarakat yang tidak memiliki sumur dan tidak berlangganan PAM masih tetap menggunakan air sungai kuantan sebagai tempat mandi dan mencuci.