RIAU ONLINE, PEKANBARU - Peristiwa penyerangan seekor Harimau Sumatera (panthera tigris sumatrae) terhadap seorang warga Desa Pungkat Sabtu lalu, menjadi perhatian Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau. Tim Balai KSDA Riau langsung turun lokasi kejadian begitu mendapat laporan warga dan pihak kepolisian setempat.
Namun jarak tempuh yang cukup jauh menjadi kendala bagi tim mencapai lokasi kejadian untuk penanganan konflik. Tim harus bermalam serta melanjutkan perjalanan menggunakan jalur air hingga 7 jam untuk tiba di lokasi.
"Tim harus bermalam di Kuala Lahang Kecamatan Gaung dan melanjutkan perjalanan dari Desa Pungkat ke lokasi menggunakan speed boat dengan jarak tempuh 7 jam," kata Kepala Balai BKSDA Riau SUharyono, Senin, 4 Maret 2019.
Tim ini turun setelah mengumpulkan informasi yang faktual dan berimbang soal konflik yang terjadi. Bantuan personil diturunkan seperti penembak jitu, ditambah dengan persiapan kerangkeng besi untuk mengevakuasi harimau.
"Kita akan kirim penembak jitu serta kerangkeng besi," kata Kepala Bidang Teknis BBKSDA Riau, Mahfud, menamKita akan kirim penembak jitu serta kerangkeng besibahkan.
Konflik antara harimau dan manusia mengakibatkan korban luka cukup serius atas nama Mardian warga Desa Pungkat, Kecamatan Gaung, Kabupaten Indragiri Hilir.
Wilayah konflik disebut masih dalam kawasan Suaka Margasatwa Kerumutan yang ditetapkan pemerintah berdasarkan surat keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK. 903/ MENLHK/ SETJEN/ PLA.2/ 12/2016 tanggal 07 Desember 2016.