RIAUONLINE, PEKANBARU - Association of The Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) atau Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia Provinsi Riau menyoroti melonjaknya tarif bagasi pesawat dalam beberapa waktu terakhir.
Ketua Asita Riau, Dede Firmansyah di Pekanbaru, Kamis menilai kebijakan tarif bagasi bertolak belakang dengan kultur masyarakat Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa budaya masyarakat Indonesia selalu membeli buah tangan saat bepergian. Sehingga, kebijakan tersebut secara akumulatif memberatkan masyarakat sebagai pembeli dan secara domino berdampak usaha kecil.
"Jangan samakan kita dengan orang asing. Orang Asing tidak budaya mereka jika bepergian beli oleh-oleh, Sementara orang kita sudah menjadi budaya. Dan ini sesuatu yang positif karena budaya yang bia membantu ekonomi masyarakat," tuturnya.
Sepanjang awal 2019 ini, Asita mencatat jumlah penumpang di Bandara Sultan Syarif Kasim (SSK) II Pekanbaru mengalami penurunan hingga 24 persen. Penurunan itu akibat pukulan telak kenaikan harga tiket sejumlah maskapai dan penerapan bagasi berbayar.
Terkait hal itu, dia kembali menyoroti pihak yang mengambil kebijakan, yang seharusnya lebih faham dan mengerti dampak gunung es tersebut.
Dede juga khawatir, jika kondisi ini terus berlanjut maka Perekonomian Masyarakat kelas kecil terutama kalangan UMKM akan lumpuh,
"Bisa dibayangkan jika nanti orang Indonesia sudah berubah menjadi terbiasa tidak beli oleh-oleh, sama-sama kita lihat sebuah kehancuran bagi ekonomi Masyarakat kecil akan datang," tegasnya.
Dalam hal ini Dede menganggap pemerintah gagal dalam mencapai tujuan Pembangunan wisata. Karena dia mengatakan salah satu tujuan pariwisata adalah mensejahterakan masyarakat.
"Khusunya mereka yang mendiami destinasi wisata itu sendiri," ujarnya. (**)