Beruk (Macaca nemestrina) dan Kera ekor panjang (Macaca fascicularis), dua dari banyak spesies kera yang hidup di lingkungan perumahan dan area operasi PT PHR di Riau.
(Budi Koesoemo/PHR)
RIAU ONLINE, DUMAI - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menetapkan Lapangan Garuda di Blok Rokan PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Dumai, Riau sebagai lokasi peringatan Hari Lahir Pancasila, 1 Juni 2024. Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo hadir dan bertindak sebagai pemimpin upacara tersebut.
Sebagaimana layaknya kunjungan orang nomor 1 di Objek Vital Nasional (Obvitnas), pengamanannya pun tak main-main. Selain pemeriksaan lalu lalang kendaraan dan orang, pengamanan lingkungan juga menjadi perhatian serius.
"Di kawasan ini ada kawanan yang tak mudah diatur, pak," lapor seorang petugas keamanan sedikit berseloroh, kepada Paspampres. Sontak pasukan pengawal presiden ini kaget mendengar ucapan tersebut. Ternyata yang dimaksud adalah kawanan kera, yang selama puluhan tahun memang hidup berdampingan di area operasi migas PHR di Dumai.
Lapangan Garuda tempat berlangsungnya upacara sejak dulu memang kerap dijadikan tempat upacara peringatan hari-hari besar. Saat upacara berlangsung, terkadang muncul kawanan kera di sudut-sudut lapangan.
Tak heran. Hal ini lantaran lanskap lapangan yang dibangun bersamaan dengan pembangunan kawasan perumahan, area perkantoran dan area operasi ini memang dirancang dengan konsep berwawasan lingkungan.
Di tengah area perkantoran/ operasi PHR dan perumahan terbentang kawasan hutan asli, yang kemudian disebut Taman Wisata Alam (TWA). Kawasan hutan yang bahkan lebih luas dari area operasi PHR di Dumai ini sengaja dijaga keasliannya, sebagai habitat bagi flora dan fauna berbagai spesies, termasuk kera.
Budi Koesoemo, seorang perwira PHR yang juga pemerhati hewan langka di kawasan ini menyebutkan, bahwa keragaman hayati di kawasan hutan di camp PHR salah satunya terbentuk dari kebiasaan makan serta siklus perpindahan kawanan kera di camp.
"Anda bisa menemukan populasi pohon saga, beringin dan banyak lagi pohon yang bijinya dikonsumsi kera, yang tumbuh selaras dengan jalur populasi kera-kera ini. Maka bagi kami, terutama yang keluarganya tinggal di camp PHR atau bekerja di lapangan, cerita-cerita pertemuan dengan gajah, tapir, kera, beruang, bahkan harimau menjadi kisah yang lumrah”, jelas Budi.
"Hewan liar adalah juri terbaik sebuah upaya konservasi lingkungan. Bila mereka memilih sebuah kawasan untuk hidup, artinya kawasan tersebut memberi rasa aman bagi mereka untuk berkembang," tambahnya.
Untuk memastikan keamanan dan kelancaran acara di lokasi, PHR melakukan beberapa upaya untuk memindahkan perhatian kawanan kera. Antara lain mengosongkan tempat-tempat sampah yang kerap disambangi kawanan kera.
Kemudian, mengeluarkan jadwal pengumpulan sampah dari fasilitas PHR agar dapat langsung diangkut oleh truk sampah, hingga memancing perpindahan kawanan kera dengan menyediakan makanan yang disukai oleh kawanan ini di lokasi-lokasi yang menjauh dari lapangan upacara.