BKSDA Menduga, Harimau Terkam Jumiati Karena Dipicu Hal ini

Harimau-terkam-wanita-di-inhil.jpg
(Azhar Saputra)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Mulyo Utomo menduga bahwa harimau yang menyerang seorang wanita hingga tewas di Indragiri Hilir (Inhil) bukanlah harimau yang kehilangan habitatnya.

Menurutnya, serangan dari harimau sumatera (Phantera tigris sumatrae) tersebut dipicu dari naluri atau insting binatang buas yang saat itu dalam kondisi sama-sama terkejutnya dengan korban. Saat terkejut itulah, naluri membunuhnya muncul dan dengan seketika menerkam wanita bernama Jumiati tersebut hingga tewas.

Baca juga:

Mengenaskan, Seorang Wanita Di Inhil Tewas Ditikam Harimau

(Video) Harimau Masuk Kampung, Warga: Tuk... Tuk.. Orang Semua Di Sini, Tuk

BKSDA Gandeng WWF Beri Penyuluhan Ke Warga Cegah Harimau Masuk Pemukiman

"Dugaan kita sementara bukan karena habitatnya yang telah rusak. Melainkan ada banyak faktor lainnya," katanya di BBKSDA Riau, Jumat, 5 Januari 2017.

Mulyo Utomo menambahkan, lokasi penyerangan berdekatan dengan Suaka Margasatwa (SM) Keremutan yang merupakan habitat aslinya, yang saat ini tengah dalam kondisi baik. Dimana lima persen kawasan tersebut terdiri dari hutan rawa gambut.



Hanya saja disayangkan, masih ada saja para penebang liar menjarah hutan beserta isi dari kawasan yang dilindungi tersebut.

"Untuk kawasan Kerumutan itu sendiri saat ini masih baik. Bahkan untuk kawasan rawa gambut bisa dikatakan terbaik. Tapi gangguan seperti ilegal logingnya masih disayangkan," imbuhnya.

Kemudian ditambahkannya, dugaan lainnya karena kondisi Kerumutan sendiri bukan cagar alam melainkan bentuk landscape sehingga hewan liar apapun dapat dengan mudah keluar masuk tanpa ada sekat pemisah dengan kehidupan manusia.

"Kerumutan itu sendiri merupakan bentangan landscape. Jadi untuk keluar dan masuknya hewan tersebut sangat mudah. Hanya dibatasi dengan parit kecil dan disana ada jalan," ucapnya kecewa.

Belum lagi ditambah aktivitas panen perusahaan, jarak yang berdekatan dengan SM Kerumutan dan banyaknya hewan buruannya seperti babi dan moyet yang berkeliaran dilokasi membuat harimau tersebut menjadi terbiasa berada di lokasi.

Pada kesempatan yang sama, Social Security and Legal PT TH Indo Plantation, Dani Murdoko menuturkan semenjak perusahaan berdisi lebih dari 20 tahun, kejadian seperti ini baru pertama dan diharapkannya tidak akan pernah terulang.

"Selama 20 tahun ini baru pertama. Sebenarnya laporan tentang keberadaan hewan ini sudah ada sejak Desember 2016. Kemudian di Januari 2017 terulang, kemudian Mei dan akhirnya kemaren, 3 Januari insiden yang tidak kita inginkan ini terjadi,"tutupnya.

Sebelumnya, harimau sumatera menerkam hingga tewas seorang pekerja harian dari PT TH Indo Plantation di Inderagiri Hilir tepatnya di Desa Tanjung Simpang, Kecamatan Pelangiran.

Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE 

Follow Twitter @red_riauonline

Subscribe Channel Youtube Riau Online

Follow Instagram riauonline.co.id