ROKAN HILIR - Sungai Rokan yang mengalir melalui daerah di Kabupaten Rokan Hilir (Rohil) secara umum bisa dikatakan sebagai penyangga kehidupan masyarakat di wilayah berjuluk Negeri Seribu Kubah ini.
Tidak hanya semata-mata berkaitan dengan mata pencaharian, sebagai sumber air tanpa batas, tapi juga menyangkut budaya dan sejarah.
Dari tepi Sungai Rokan awal mula kehidupan masyarakat. Sungai ini merupakan sarana perhubungan terutama bagi penduduk yang berada di sepanjang alirannya, juga merupakan lumbung menangkap ikan bagi nelayan tempatan.
Potensi perikanan di sungai ini tetap menjanjikan. Pasalnya, masih baiknya sistem penangkapan ikan serta kesadaran warga menjaga lingkungan terutama di bagian hulu disamping itu ada upaya pelestarian serta penambahan populasi ikan.
BUPATI Rokan Hilir, H Suyatno AMp bersama staf Kementerian dan pihak terkait meresmikan operasionalisasi unit SPAM di Ujung Tanjung, Kecamatan Tanah Putih.
Diskanlut Riau pernah menebarkan benih ikan sejumlah 40 ribu benih ikan Baung, Patin, Lele, Nila dan Udang, pada 2012 silam. Upaya tersebut sebagai penyelamatan dan meningkatkan kembali populasi ikan di sungai Rokan.
Aluran Sungai Rokan hulunya di Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), lalu masuk ke Kecamatan Rantau Kopar, Tanah Putih, Ujung Tanjung, Bangko Pusako, Rimba Melintang, Pekaitan, hingga kecamatan Bangko, Bagansiapiapi, lalu bermuara lepas ke lautan Bagansiapiapi dan Selat Melaka.
Panjang sungai yang masuk dalam empat besar di Riau tersebut, setelah Sungai Siak, Kampar dan Indragiri, ditaksir tidak kurang dari 350 kilometer, jika dihitung dari hulunya.
Sungai Rokan melewati sejumlah wilayah beberapa kabupaten di Riau maupun propinsi tetangga, seperti Sumatera Barat. Sebagian besar wilayah Rokan Hilir terdiri dari dataran rendah dan rawa-rawa, terutama di sepanjang Sungai Rokan hingga kemuaranya.
Berdasarkan data Bapedalda Riau tahun 2014, wilayah dilalui sungai ini memiliki tanah sangat subur dan menjadi lahan persawahan padi terkemuka di Bumi Lancang Kuning.
Dilihat dari sisi topografi, daerah sepanjang aliran sungai memiliki 0–30 m dpl. Keadaan sungai secara umum tidak mengalami banyak perubahan selama puluhan tahun, hanya sebagian kecil terdapat perubahan bentuk sungai karena proses pengendapan maupun abrasi.
Kualitas air di Sungai Rokan relatif baik untuk menunjang kehidupan bagi biota lainnya, kecuali untuk parameter minyak dan lemak berkisar antara 72,20 mg/l sampai dengan 177,6 mg/l.
Kualitas air Sungai Rokan tergolong dalam klasifikasi B. Tidak higienis untuk diminum tapi memang layak pakai untuk keperluan lain seperti mandi atau mencuci.
BUPATI Rokan Hilir, H Suyatno AMp memperlihat air yang jernih hasil pengolahan unit SPAM di Ujung Tanjung.
Sejumlah faktor yang berkontribusi diantaranya tingkat pencemaran yang disumbangkan oleh limbah PKS, limbah rumah tangga serta pengunaan pupuk sawit.
Sungai lain, seperti Sungai Kubu menunjukkan kualitas tidak begitu berbeda dengan Sungai Rokan, hanya saja ada beberapa parameter sedikit agak menonjol dibandingkan parameter sama di Sungai Rokan. Antara lain, konduktivitas (112,6 cm), COD (75,0 mg/l) dan minyak dan lemak 322,0 mg/l (Bappeda Rokan Hilir, 2004).
Kabid Pengendalian Lingkungan Bapedal Rohil, Suta Wirapraja mengatakan, lembaganya secara rutin melakukan pemeriksaan kualitas air. Untuk Sungai Rokan, kewenangannya lebih utama oleh Provinsi Riau, sedangkan sungai dikategorikan sebagai antarkecamatan atau desa menjadi perhatian dari Bapedal Rohil.
Wira mengatakan, kehidupan biota air juga tergantung kepada kondisi sungai agar dapat melakukan aktifitas biologis secara konsisten dan maksimal. Gangguan terhadap kondisi air akan berdampak pada populasi ikan dan biota air lainnya, sehingga produktifitas menurun.
Hal ini sudah terjadi di beberapa perairan (sungai atau perairan pesisir Riau) di mana beberapa jenis ikan menghilang seperti kasus ikan terubuk di Bengkalis, Riau. "Oleh Karena itu kondisi air atau perairan harus dipertahankan pada tingkat yang optimum," ujar Wirapraja.
Disamping itu, tuturnya, penurunan kualitas air sungai juga disebabkan berkurangnya partisipasi masyarakat di bantaran sungai dalam menjaga kualitas air dan kurang tegasnya penegakan hukum lingkungan bagi kelangsungan lingkungan hidup.
Tapi sejauh ini, jelasnya, kualitas air terutama di daerah Ujung Tanjung, relatif aman dimanfaatkan manusia, hal ini mendorong pemerintah membangun unit Sistem Pengolahan Air Minum (SPAM) di Ujung Tanjung, Tanah Putih.
Kepala Subdirektorat Investasi Pengembangan Air Minum Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Meike Kencana Wulan, saat hadir dalam peresmian operasionalisasi SPAM IKK Wilayah II, Juni lalu, menyambut baik adanya sumber air bersih.
"Patut disyukuri, dan kami sampaikan apresiasi adanya perhatian sektor air bersih khususnya pengoperasian air minum, kami sampaikan bahwa sistem penyediaan air minum ini merupakan tanggung jawab pemerintah daerah dalam hal ini bupati Rohil yang harus diberikan kepada masyarakat," katanya.
Ia menegaskan, air minum merupakan sektor yang tanggung jawabnya berada di pihak pemda kabupaten. Ketersediaan air bersih adalah satu kebutuhan dasar yang harus disediakan oleh pemerintah setempat.
"Kami di kementerian PU Perumahan Rakyat sifatnya hanya mendukung untuk bisa memfasilitasi seperti pembangunan, pendanaan atau pembinaan dalam pengelolaan," katanya. Skema pembiayaan terdiri dari beberapa unsur yakni pusat, propinsi maupun kabupaten.
Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang kabupaten Rokan Hilir Suwandi SSos.
Kepala dinas Cipta Karya dan Tata Ruang (CKTR) Rohil, Suwandi mengatakan, untuk layanan air minum dari UPT SPAM sebagai tahap awal memenuhi kebutuhan air bersih sekitar 600 rumah tangga saja.
Selanjutnya, akan dilakukan peningkatan agar penerima layanan tersebut bisa bertambah sehingga memenuhi jumlah ideal sesuai dengan kapasitas sistem operasional pengolahan air bersih tersebut.
"Pemasangan ke rumah-rumah sebanyak 800 rumah lagi. Diharapkan dapat melayani total masyarakat sebanyak 3600 rumah tangga sesuai kapasitas pengolahan air di Ujung Tanjung ini. SPAM IKK Ujung Tanjung sudah diuji coba dengan kapasitas mesin 40 liter perdetik," jelasnya.
Dana APBN menangani pembangunan pipa sebear Rp14 miliar, apbd Riau untuk pemasangan pipa sekitar 17 km dengan dana Rp4 Miliar lebih, sedangkan APBD Rohil untuk pemasangan sambungan ke rumah-rumah sepanjang 11 KM.
Operasionalisasi SPAM ini tidak terlepas dari kayanya sumber air dari sungai Rokan, yang hanya berjarak beberapa kilometer dari mesin unit.
Disamping itu, tuturnya, disampaikan juga rencana sistem penyediaan air minum regional untuk wilayah kotamadya Dumai, kabupaten Bengkalis, dan Rohil. Disebutkan telah disiapkan lahan 6 hektar di Tanah Putih Tanjung Melawan (TPTM) untuk rencana lokasi inti sebagai satu kesatuan penyiapan air regional yang nanti di kelola propinsi Riau.
Sementara itu, Plt Sekdakab Rokan Hilir, Drs Surya Arfan MSi menuturkan, air nantinya bisa dinikmati masyarakat dari tiga kabupaten tersebut.
"Jadi wacana provinsi kita jadi daerah pemasok air minum untuk Rohil, Dumai dan Bengkalis, ini program yang sudah disetujui Bupati," katanya.
Ia berharap proyek pengerjaan ini bisa terealisasi pada tahun 2016 mendatang. Selain sebagai sumber air bersih Sungai Rokan juga memiliki pesona wisata yang menarik hati. Kehidupan masyarakat di pinggiran sungai seperti yang terdapat di desa Rantau Bais merupakan satu destinasi tersendiri. Setiap tahunnya ada agenda wisata besar-besaran yang mampu menarik ribuan pengunjung.
Bupati Rokan Hilir dan Kementerian meninjau kondisi operasionalisasi SPAM unit berfungsi menyediakan kebutuhan air bersih bagi masyarakat.
Tahun 2013, saat Festival Pulau Tilan didengungkan, ribuan wisatawan berdatangan melihat dari dekat kehidupan budaya di Desa Rantau Bais dan kelestarian lingkungan hidup di pulau Tilan yang ada di desa itu.
Tokoh masyarakat Rantau Bais, kini anggota DPRD Riau, Karmila Sari menuturkan waktu itu jumlah kunjungan wisatawan per-hari mencapai 4000 orang. Menurutnya keberadaan pulau Tilan yang persis di depan Rantau Bais memiliki pemandangan eksotik berpadu dengan keberadaan sungai Rokan.
Masyarakat sekitar menjadikan lahan pulau sebagai padang bebas untuk hewan peternak seperti sapi dan kerbau. Hewan tersebut dilepas liarkan selama beberapa waktu tertentu. Pacuan Sampan, salah satu acara tradisional berlomba mengayuh sampan hanya mengandalkan tangan kosong atau mengunakan dayung selalu disaksikan banyak orang seiap tahunnya. (Adv/Pemkab)
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline