MENTERI Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, tertawa sumringah saat berfoto dengan Ustad Abdul Somad, Rabu, 3 Oktober 2018, di Pondok Pesantren Al-Ihsan Boarding School, Kubang Jaya, Kampar, Riau.
(RIAUONLINE.CO.ID/ISTIMEWA)
RIAU ONLINE, KAMPAR - Puluhan tahun silam, saat menyebut nama Bagan siapi-api, di Provinsi Riau, dalam benak orang langsung mengatakan, itu kota penghasil ikan terbesar di dunia.
Namun, kini, ibukota Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), tak lagi terkenal dengan sebutan kota penghasil ikan terbesar di dunia. Tinggal kenangan semata saja.
Lalu apa penyebabnya? Menurut Menteri Kelautan Perikanan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti ternyata akibat keserakahan dari pengusaha perikanan yang menggunakan trawl-trawl (pukat harimau) saat melaut menangkap ikan.
Baca Juga:
Dari New York, Menteri Susi Pudjiastuti Langsung Ke Palu
Tak Hadir Dalam 60 Menit, UAS 'Ultimatum' Menteri Susi, Kita Tenggelamkan
Trawl, katanya, sekali jaring mampu menguras hingga 1 ton ikan. Tidak hanya ikan besar, namun juga ikan-ikan kecil. Ikan pun jadi habis dibuatnya.
"Saya ingin ingatkan kepada gubernur, Bagan Siapi-Api, produsen ikan terbesar. Zaman dahulu. Namun karena keserakahan trawl-trawl itu, habislah ikan, ikan kecil tak ada lagi," kata Menteri Susi dihadapan Pelaksana Tugas Gubernur Riau, Wan Thamrin Hasyim dan Ustad Abdul Somad, Rabu, 3 Oktober 2018, di Pondok Pesantren Al-Ihsan Boarding School, Kubang Jaya, Kampar, Riau.
Plt Gubernuri Riau, Wan Thamrin Hasyim sebelum menjabat sebagai Gubernur Riau, ia pernah menjadi Bupati Rokan Hilir di awal-awal otonomi daerah diterapkan.
Usai dari Bagan Siapi-Api, tuturnya, nelayan yang menggunakan trawl sempat pindah ke Pulau Jawa. Namun, di sana terjadi penolakan, sehingga ikan di perairan Pulau Jawa tidak habis seperti terjadi di Riau.
Untuk itu, Susi mengingatkan, selain memerangi kapal ikan asing, ia juga turut melarang penggunaan trawl.
"Sehingga nelayan tradisional dapat dengan mudah kembali mencari ikan, tanpa perlu jauh ke tengah laut," kata Susi menjelaskan alasannya melarang trawl beroperasi di laut Indonesia.
Pengusaha perikanan dan pesawat terbang itu menuturkan, selama ia menjabat, sebanyak 488 kapal asing mencuri ikan secara ilegal di Indonesia telah ditenggelamkan.
Klik Juga:
Makan 2 Ton Ikan Bersama Santri Riau, Menteri Susi: Tenggelamkan
Susi: Pemerintah Gadaikan Kedaulatan Dengan Ilegalkan Kapal Asing Beroperasi
Kebijakan tersebut didukung penuh oleh Presiden Joko Widodo. Susi dinilai berhasil menekan angka pencurian ikan di laut Indonesia.
"(Sebanyak) 488 kapal kita tenggelamkan. Karena takutnya, 10.000 lebih kapal (asing pencuri ikan) tidak ada lagi di laut kita," ujarnya.
Ia mengatakan, sejak tahun 1980-an, ribuan kapal asing leluasa mencuri ikan dari nelayan lokal. Kondisi itu terus berlangsung hingga 2013, berdampak pada menurunnya jumlah ikan serta sulitnya nelayan lokal mencari ikan.
Alhasil, kondisi tersebut memaksa banyak nelayan, terutama di Pulau Jawa banting setir dari nelayan menjadi buruh di kota-kota besar.
Namun, kebijakan tegas yang turut didukung aparat keamanan dengan menangkap kapal asing ilegal serta jargon "tenggelamkan" diakuinya sukses mengembalikan potensi ikan.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id