RIAU ONLINE - Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah, mengajak masyarakat aklamasi memilih pasangan nomor urut 2, Prabowo-Gibran. Hal ini disampaikannya lewat akun X pribadinya.
Fahri awalnya menyebut ada kesalahan konsep dalam visi dan misi yang ditawarkan pada masyarakat oleh paslon dalam Pilpres 2024.
"Konsep awalnya salah. Jadi rakyat tidak mungkin memilih yang sejak awal salah konsep. Bahkan kesalahan konsep dipertahankan sampai sekarang," tulis Fahri.
Fahri menyebut salah satunya perubahan atau oposisi yang ditawarkan oleh paslon nomor urut 1. Namun begitu, Fahri menilai masih ada pihak yang juga tetap menjadi penguasa.
"Yang pertama bilang perubahan atau oposisi tapi masih aja nyambi jadi penguasa. Ya salah itu kontradiksi. Ini ganjil rakyat gak bisa!" tulis Fahri.
Oleh sebab itu, Fahri mengajak masyarakat untuk aklamasi memilih Prabowo-Gibran saja.
"Makanya, saya ajak semua aklamasi pilih #PrabowoGibran2024 karena toh yang lain tidak ada juga alasan yang kuat dan mendasar. Kalau mereka sekedar obat kecewa, sayang sekali. Jangan pertaruhkan masa depan. Kali ini kita kompak menatap #IndonesiaEmas2045 . Ini giliran Indonesia!" tuturnya.
Hal ini mengundang reaksi dari kubu Anies-Muhaimin (AMIN). Juru Bicara Timnas AMIN, Surya Tjandra, menilai Fahri Hamzah ironi.
Sebab, kata dia, Fahri bersama sejumlah pihak yang tergabung dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran pernah mengajak untuk tidak memilih Prabowo Subianto pada Pilpres 2019 silam.
"Rasanya aneh karena sebagian di Tim 02 dulu juga pernah menyerukan aklamasi menolak Pak Prabowo karena alasan menghormati korban pelanggaran HAM berat," ujar Surya, Selasa 26 Desember 2023, dikutip dari Suara.com.
Surya pun meminta Fahri agar mengintropesi diri sebelum mengutarakan pendapatnya.
"Baiknya Pak Fahri periksa dirinya sendiri dulu sebelum bicara," kata Surya.
Surya juga menepis tudingan Fahri terkait AMIN kontradiktif. Sebaliknya, Surya menyampaikan hanya AMIN yang memiliki gagasan untuk memperbaiki dan menyempurnakan.
"Dari semua paslon justru AMIN yang paling jelas posisinya ingin memperbaiki yang salah, menyempurnakan yang miring. Karena campur tangan kekuasaan, seperti hukum yang makin lemah dan korupsi yang makin merajalela," jelas Surya.