RIAU ONLINE - Warkop DKI yang digawangi Dono, Kasino, dan Indro, memiliki jargon yang hingga kini menjadi legenda di Tanah Air. "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" menjadi populer di eranya hingga dikenang sampai saat ini.
Tapi ternyata, ada cerita ironi di balik jargon menggelitik itu. Hal ini diungkap personelnya, Indro Warkop.
Indro menerangkan bahwa jargon "Tertawalah Sebelum Tertawa Itu Dilarang" muncul saat personelnya khawatir, lantaran komedi yang disuguhkan dianggap membahayakan beberapa pihak.
Apalagi, Warkop DKI lahir dengan para personel yang kritis memberikan kritikan terhadap pemerintah lewat lawakannya.
"Ya karena gitu, gil* ya kita diperiksa, cuma karena mau bikin ketawa. Sebentar lagi, ketawa dilarang nih. Bercandanya gitu," kata Indro Warkop, dikutip dari Suara.com, Kamis, 12 Oktober 2023.
Warkop lahir dari seseorang bernama Rudy Badil, Nanu, Kasino, dari perkemahan mahasiswa di Cibubur, pada September 1973. Sebenarnya ini adalah bagian dari persiapan demo besar-besaran Malari, peristiwa 15 Januari. Kasino hadir sebagai pembawa acara saat acara api unggun.
"Setelahnya, programmer radio Prambors mau ambil materi ini. Tadi mikirnya buat Mapala, karena mereka adalah anak Mapala UI. Akhirnya siaran pecinta alam, tapi kurang seru," ungkap Indro.
Kemudian, berganti nama menjadi obrolan di warung kopi. Indro menyebut ada isu yang dibicarakan, meski disamarkan, tapi akhirnya terjadi.
Mahasiswa yang tidak puas mereka hanya tampil di radio, kata Indro, meminta mereka dipanggil ke suatu acara hingga akhirnya dikenal dan dibuatkan kabaret oleh suami artis legendaris Titiek Puspa.
Warkop tetap pada sikap kritisnya, menghadirkan lawakan yang menyelipkan sindiran.
"Soal apa, ya saya lupa. Kami kan makin banyak penggemar, sehingga dipandang bahaya dan perlu diawasi. Tapi kami memang diperingatkan," ujarnya.
Ketika tampil, kata Indro, seseorang berpakaian batik yang menonton dari jendela, terlihat aneh lantaran membawa HT. Indro dan teman-temannya saat itu mendapat ancaman pembunuhan.
"Diancam grup preman, nggak tahu salah kami apa, pokoknya mau dibunuh di FFI Surabaya," terang Indro.
Sejak saat itu, Warkop mendapat penjagaan setelah Indro melaporkan hal ini ke kakaknya yang merupakan pelaksana khusus (Laksus) kala itu.
"Kata dia ‘lu berani banget’ dilihat suratnya, ada bercak darah. Dia ngomong ‘ini bukan preman yang kirim’ ternyata kami hanya mau dibungkam, di kamar dijaga, katanya takut dibunuh, padahal mah bukan," kenangnya.
"Ya karena gitu, gila ya kita diperiksa, cuma karena mau bikin ketawa. Sebentar lagi, ketawa dilarang nih. Bercandanya gitu," sambungnya.
Sejak saat itu akhirnya tagline 'jadi kita harus tertawa sebelum tertawa itu dilarang' muncul sebagai milik Warkop DKI.
Indro mengaku dirinya dan dua sahabatnya sempat takut hingga akhirnya terbiasa. Indro tidak sudah biasa dengan pengepungan polisi saat mereka melontarkan lawakan yang memberikan kritik terhadap suatu kebijakan saat itu.
"Aneh, sumir. Kelihatan banget bahwa ini adalah sekadar kekuasaan. Kita kritik. Itu pun bercanda," jelasnya.
Meski begitu, kata Indro, Warkop tetap meminta maaf kepada atas lawakan mereka yang menyinggung suatu pihak.