RIAU ONLINE, JAKARTA - Anggota Brimob Polda Riau, Bripka Andry Irawan, yang curhat terkait mutasi dan setoran kepada atasannya di media sosial, mendatangi Mabes Polri pada Senin, 19 Juni 2023, hari ini.
Kedatangan Bripka Andry ke Mabes Polri untuk menanyakan tindak lanjut pengaduan yang dilayangkannya ke Propam Polri.
“Rencana saya ke Mabes Polri beserta ibu (Senin), pagi sekitar jam 10,” kata Andry.
Bripka Andry melayangkan Surat Pengaduan Div Propam Mabes Polri pada Jumat, 16 Juni 2023 di Jakarta. Pengaduan itu terkait dengan penyalahgunaan wewenang yang dilakukan Kompol PHM, selaku Danyon B Polda Riau, yang diduga menerima sejumlah uang setoran dan memerintahkan Bripka Andry mencari uang setoran.
Ia menyebut surat pengaduan itu untuk melengkapi berkas permohonan kepada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).
“Hari ini saya juga mau menanyakan kembali perihal permohonan saya ke LPSK,” katanya.
Curhat Bripka Andry sebelumnya viral di media sosial. Ia memutuskan untuk mengungkap semuanya di media sosial lantaran bingung hendak mengadu kemana. Ia bahkan sudah memohon kepada pimpinan terkait kebingunannya itu.
Kendati begitu, Bripka Andry menyadari bahwa curhatannya telah membuat sejumlah pihak internal kepolisian di tempatnya bertugas meradang.
"Banyak yang marah karena saya curhat ke medsos dan media. Saya memohon kepada pimpinan karena saya sudah bingung mau ke mana saya mengadu,” ujarnya.
Bripka Andry juga mengaku tidak ada maksud untuk membongkar prakik setor menyetor bawahan kepada atasan. Dirinya juga tidak menolak untuk dimutasi.
Namun, lanjut dia, karena alasan ekonomi dan sedang mengurus ibunya yang sedang sakit. Sehingga Bripka Andry meminta pertimbangan dari komandannya.
“Saya coba menghadap Bapak Dansat Brimob bersama ibu ke Pekanbaru. Menjelaskan keadaan saya dan memohon pertimbangan serta bertanya apa salah saya,” kata Bripka Andry.
Saat menghadap itu, kata Bripka Andry, dirinya mendapat jawaban dari pimpinannya bahwa mutasi dilakukan bukan karena dia bersalah, tetapi terlalu nyaman dan tidak ada kontribusi.
Menanggapi jawaban dari pimpinannya, Bripka Andry menjelaskan bahwa dirinya sudah melaksanakan semua perintah Danyon tempat dia bertugas, mulai dari pengajuan proposal pembangunan Polindes sampai diminta mencairkan dana dari luar.
Uang itu, kata dia, ditransfer ke rekening pribadi Danyon sejumlah Rp650 juta dan ada bukti transfernya.
“Beliau (Danyon) menjawab saya tidak ada terima uang itu. Kalau kamu tidak mau dimutasi silahkan mengundurkan diri,” kata Andry mengulang perkataan atasannya.
Bripka Andry juga mengungkapkan setoran kepada atasan tersebut bukan hanya dialami dirinya. Tetapi ada banyak yang menyetor hingga ada ada grup yang diberi nama grup freelance.
“Ada enam anggota yang menyetor sejumlah Rp5 juta per bulan per orang untuk bisa bebas tugas dan hanya apel Rabu pagi dan Jumat pagi karena mereka udah usaha,” ujarnya.
Ia juga memastikan setiap pengusaha yang memberikan juga ada setoran ke yang lainnya.
Di sisi lain, Bripka Andry berharap dirinya bisa bertemu langsung Kapolri untuk bisa menyampaikan laporan versinya.
Dihubungi terpisah, Pengamat Kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai persoalan Bripka Andry yang tadinya berlawanan dengan atasannya kini menjadi berkembang menjadi polemik dengan “institusi” karena banyak oknum yang terlibat dalam setoran dan saling menutupi.
Bambang juga mengingatkan jika Polri ingin berbenah dapat membentuk sistem whistle blower dengan melindungi pelapor di internal.
“Kalau Polri ingin berbenah juga harus dibentuk whistle blower system yang juga melindungi pelapor di internal terkait kecurangan-kecurangan atasan,” ujar Bambang.(ANTARA/Laily Rahmawaty)
Dilarang mengutip berita ini, kecuali seizin ANTARA