Presiden Jokowi menghadiri Perayaan 50 Tahun Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Tahun 2022 yang digelar di Plenary Hall, Jakarta Convention Centre, Jakarta, Jumat (10/6/2022). [Dok. Biro Pers Setpres/Lukas]
([Dok. Biro Pers Setpres/Lukas])
RIAU ONLINE - Budayawan Eros Djarot memberikan kritikan kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Jokowi dianggap tidak punya kuasa meski menduduki bangku penguasa.
Eros Djarot dalam dialog bersama Zulfan Lindan di YouTube Unpacking Indonesia, mengaku tahu sosok yang lebih berkuasa dibandingkan Jokowi sebagai presiden.
Menurutnya, kekuasaan yang dibangun saat Indonesia didirikan adalah membuat peradaban sesuai amanan konstitusi bukan perbiadaban.
"Rupanya banyak teman yang salah baca membangun perbiadaban. Jadi inilah yang terjadi. Jadi saya bilang ga bisa lanjut ini kita harus setop apapun cost nya akan saya bayar untuk melawan perbiadaban ini," ucap Eros, mengutip Suara.com, Minggu, 19 Juni 2022.
Saat ini, kata Eros, perbiadaban politik sangat luar biasa, dimana kemunafikan dibangun, keserakahan dipelihara, kerakusan ketamakan jadi budaya yang penting berkuasa.
"Orang berkuasa ga menguasai apa-apa, inilah kejadian sekarang ini. Apa dikira Pak Jokowi itu menguasai? Ga lah, bohong itu. Yang berkuasa saya tahu siapa, ga tahu tanya saya," kata Eros.
"Nah itu siapa mas?" tanya Zulfan.
"Siapa lagi kalo bukan doi doi. yang dulu-dulu juga. Sudahlah jangan main sandiwara," kata Eros Djarot.
Eros Djarot menyebut, sistem politik yang dianut saat ini tidak akan melahirkan para negarawan.
"Lihat saja sistem pemilu yang sekarang ada. Lihat saja para bupati dan gubernur yang dipilih, apa dengan cara ini mampu melahirkan itu (negarawan). Anda harus bawa uang sekarung kok. Bahkan ratusan ribuan karung ya," ucapnya.
Pola-pola seperti itu, kata dia, tidak akan melahirkan negarawan karena ketika seseorang mendapat jabatan, yang dipikirkan jumlah yang harus dia kembalikan modalnya saat dia kampanye.
Dikatakan Eros, sistem politik saat ini menjuruskan kepada oligarki karena mereka yang membayari semua itu.
"Katakanlah kata-kata masih di awang-awang kelabu, naga 9. Bagi yang ga tahu emang kelabu tapi dalam realita politik, mereka cukong abadi. Diabadikan oleh sistem politik yang kita sepakati," terang Eros.
Karena itu kata Eros, masyarakat Indonesia jangan bermimpi menjadi tuan besar di rumahnya sendiri jika sistemnya masih seperti ini.
"Siap-siap saja kita jadi jongos besar ga pernah kita jadi tuan besar. Jangan mimpi lah. Kita di sini cuma numpang aja, the real owner ya mereka," papar Eros Djarot.