Kepala Basarnas Marsdya TNI Bagus Puruhito (ketiga kanan) memberikan kotak hitam (black box) di Dermaga JICT 2, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
(Suara.com/Angga Budhiyanto)
RIAU ONLINE, JAKARTA-Komite Nasional Keselamatan Transportasi mengungkap isi rekaman kotak hitam Sriwijaya Air jatuh di kawasan Kepulauan Seribu. Rekaman kotak hitam Sriwijaya Air ini juga berisi rekaman suara.
Rekaman kotak hitam Sriwijaya Air ini mengungkapkan detik-detik sebelum pesawat Sriwijaya Air dengan nomor registrasi PK-CLC jatuh di perairan Kepulauan Seribu. Ini berdasarkan rekaman flight data recorder (FDR).
Pesawat tipe Boeing 737-500 dengan nomor penerbangan SJ-182 rute Jakarta-Pontianak tersebut lepas landas pukul 14.36 WIB dari runway 25R di Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Supadio.
"Setelah tinggal landas, pesawat terbang mengikuti jalur keberangkatan yang sudah ditentukan sebelumnya, kemudian FDR merekam sistem autopilot aktif di ketinggian 1.980 kaki," kata Ketua Subkomite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo dalam konferensi video, Rabu 10 Februari 2021 kemarin.
Pada saat melewati ketinggian 8.150 kaki, tuas pengatur tenaga mesin atau throttle sebelah kiri pesawat mundur atau tenaga berkurang.
Semenatra itu, throttle sebelah kanan tetap.
Pada pukul 14.38 WIB, pilot pesawat tersebut meminta pengatur lalu lintas udara (ATC) untuk berbelok arah 75 derajat karena kondisi cuaca.
Selanjutnya, ATC mengizinkan pesawat tersebut berbelok arah.
Nurcahyo mengatakan, ATC memperkirakan, perubahan arah tersebut akan membuat pesawat yang diawaki dua pilot dan empat awak kabin tersebut berpapasan dengan pesawat lain yang berangkat dari landasan pacu 25L dengan tujuan yang sama.
"Oleh karena itu, ATC meminta pilot untuk berhenti naik di ketinggian 11 ribu kaki," ujar Nurcahyo.
Selanjutnya, pada pukul 14.39 WIB pesawat mulai berbelok ke kiri ketika melewati ketinggian 10.600 kaki dengan arah pesawat berada pada 46 derajat.
Saat itu, Nurcahyo mengatakan, tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali bergerak mundur dan yang kanan masih tetap.
Setelah itu, ATC memberikan instruksi untuk naik ke ketinggian 13 ribu kaki. Nurcahyo mengatakan, instruksi tersebut dijawab oleh pilot, namun hal itu merupakan komunikasi terakhir dengan pesawat yang membawa 56 orang penumpang itu.
Meskipun begitu, Nurcahyo mengatakan, FDR masih merekam pada pukul 14.40 WIB lewat lima detik ketika melewati ketinggian tertinggi, yaitu 10.900 kaki.
"Kemudian, pesawat mulai turun. Autopilot tidak aktif ketika arah pesawat pada 16 derajat," jelas Nurcahyo.
Selain itu, dia mengatakan, sikap pesawat dengan posisi naik atau pitch up dan pesawat miring ke kiri atau roll. Dia menuturkan, pada saat tersebut tuas pengatur tenaga mesin sebelah kiri kembali berkurang sedangkan yang kanan tetap.
Selanjutnya, pada pukul 14.40 WIB lewat 10 detik, FDR mencatat autothrottle tidak aktif dan sikap pesawat menunduk atau pitch down.
"Sekitar 20 detik kemudian, FDR berhenti merekam data," tutur Nurcahyo. Artikel ini sudah terbit di Suara.com