Bupati Jebloskan dan Kunci Warganya di Rumah Angker karena Ogah Dikarantina

Bupati-Yuni.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, SEMARANG-Disiplin menjadi kunci untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona. Dengan karantina mandiri dan menjaga jarak, penyebaran virus corona bisa diputus. Namun tidak semua warga bisa disiplin sehingga membuat  Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati naik darah.

Dia pun mengambil langkah tegas untuk mengantisipasi warga yang bandel enggan melaksanakan karantina mandiri. Dia meminta jajarannya menyiapkan rumah kosong angker untuk dipakai warga yang bandel enggan karantina mandiri di kawasan Sragen.

Bupati Sragen, Jawa tengah, baru saja mendapat laporan ada dua warga Plupuh, Sragen, yang enggan dikarantina.

Dia lantas meminta Camat Miri, Sragen, untuk membersihkan rumah angker di tengah sawah sebagai tempat karantina mandiri bagi warga yang bandel.

 

5 Daftar Rumah Angker di Indonesia, Ada yang Diangkat Menjadi Film ...

Ilustrasi Rumah Angker

Hal tersebut disampaikan Bupati Yuni saat ditemui Solopos.com--jaringan Suara.com di Masaran, Sragen, Senin 20 April 2020.

Yuni menyampaikan, sebenarnya ada komitmen di desa-desa tentang para pemudik yang pulang kampung.



Dia mengatakan, pemudik yang pulang itu langsung datang ke posko lawan covid-19 di desa, dan mendatangani perjanjian untuk melaksanakan isolasi atau karantina mandiri selama 14 hari.

Jika pemudik di Sragen menolak untuk karantina mandiri, desa bisa mengambil tindakan tegas.

“Salah satu desa di Plupuh tadi padi melapor. Ada dua warga di Plupuh yang sepakat dan mau karantina mandiri tetapi di tengah jalan, melanggar komitmen itu. Akhirnya, dua warga itu dimasukkan ke rumah kosong dan berhantu lalu dikunci dari luar."

"Kalau mereka itu bisa patuh mestinya tidak sampai dimasukkan ke rumah kosong dan dikunci dari luar,” ujarnya.


Dia mengatakan, komitmen karantina mandiri itu harus disadari semua pihak. Dia menjelaskan jika penanganan Covid-19 dilakukan dengan maksimal, maka tidak mungkin ada lagi pasien positif corona yang sekarang menjadi lima orang itu.

Yuni sudah mengidentifikasi lima orang yang positif Covid-19 dan semua memiliki riwayat perjalanan ke luar Sragen.

5 Positif Covid-19 Punya Riwayat ke Luar Kota


“Bagi pemudik yang tidak bisa ditahan untuk pulang dan harus tetap pulang tidak apa-apa tetapi harus taat aturan. Kalau tidak mau ikut aturan untuk karantina mandiri ya masukin ke rumah kosong berhantu saja. Di Miri ada rumah yang sangat spooky [menyeramkan]. Saya minta camat untuk membersihkan rumah itu untuk karantina orang-orang yang bandel. Ya, di tengah sawah Desa Jeruk,” ujarnya.

Di lain sisi, Yuni juga mengingatkan warga Sragen agar wajib memakai masker saat keluar rumah.

Dia meminta adanya semua pihak bergerak untuk saling mengingatkan bahwa memakai masker itu kewajiban. Yuni mengaku sudah proses pengadaan satu juta masker.

“Pekan depan, satu juta masker itu akan dibagikan ke warga. Jumlah warga Sragen hanya 980.000 jiwa jadi kalau satu juta masker cukup untuk warga Sragen. Kalau masker sudah terdistribusikan maka bisa diberlakukan tegas. Saya sudah instruksikan di pasar ada aturan kalau pedagang dan pembeli yang tidak pakai masker dilarang berjualan atau belanja ke pasar. Bisa dibuat regulasi per zona-zona itu,” jelasnya.

Yuni selama ini masih persuasif karena masker satu juta lembar belum terdistribusi ke warga.

Setelah masker terdistribusikan semua, jelas dia, maka tidak ada alasan untuk tidak bawa masker.

Teknis pembagiannya nanti diserahkan ke desa dan dari desa didistribusikan ke warga. Satu warga satu masker.

Artikel ini sudah terbit di Suara.com