Terowongan Rahasia Sepanjang Ratusan Meter Bikin Heboh Warga Klaten

terowongan-peninggalan-Belanda-di-Desa-Cokro.jpg
(gbr)

RIAU ONLINE, SEMARANG-Terowongan peninggalan Belanda dengan panjang ratusan meter ditemukan Desa Cokro, Kecamatan Tulung, di Klaten. Terowongan ini berada terpendam di bawah permukiman warga dengan kedalaman sekitar 6,25 meter. 


Danang Heri, warga Cokro Kembang, Desa Daleman, Kecamatan Tulung, Klaten, mengatakan terowongan itu ditemukan pertama kali pada 25 November 2019 silam. Dengan rekannya, kemudian dilakukan penggalian bersama secara bertahap.


"Saya cek pertama kali tanggal 25 November. Kemudian selang beberapa hari semingguan saya mulai gali dan buka bersama warga Cokro, Tulung, di kerjakan gotong royong setiap Minggu,” ungkapnya Danang, Kamis (16/1/2020).


Penemuan terowongan itu lantas dilaporkan ke pemerintah desa setempat. Pemkab Klaten melalui Kecamatan Tulung sudah mengunjungi dan melakukan meninjau ke lokasi. Diperkirakan panjang terowong kuno itu bisa mencapai 800 meter. Akan tetapi warga baru membuka akses secara manual sepanjang sekitar 100 meter.

Pangkal terowongan ini diduga berpusat di bekas PG Tjokro Toeloeng yang saat ini dibangun Pasar Cokro.
”Diperkirakan terowongan cukup panjang, mungkin bisa mencapai 800 meter. Tapi baru kita buka sekitar 90 meteran. Ketebalan dinding 1 meter, langit-langit dan dinding samping juga sekitar 1 meter. Saat gempa 2006, tidak ada kerusakan sama sekali,” ungkapnya.


Terowongan ini ditemukan Danang Heri Subiantoro bersama warga lainnya, Wawan, sehabis salat subuh. Danang dan rekannya menyusuri pinggiran Kali Pusur untuk mendekati mulut terowongan. Waktu itu, Danang hanya mengamati mulut terowongan dari luar.




Kondisi saat itu mulut terowongan nyaris tertutup lumpur. Danang pun menceritakan yang dilihatnya ke tetangga. Satu pekan berikutnya, Danang mengumpulkan warga di Cokro Kembang dan menjelaskan terowongan bawah rumah warga yang berpotensi menjadi destinasi wisata baru di Cokro.


Barulah hari setelahnya, bersama dengan warga Cokro Kembang lainnya, memberanikan diri masuk ke terowongan. Mereka memasuki mulut terowongan dengan cara merangkak.


“Di dalam itu kondisinya pengap. Makanya kami membawa oksigen juga. Saat masuk, banyak sekali ditemukan kelelawar berwarna merah. Jumlahnya mencapai ribuan,” kata Danang Heri Subiantoro.


Akhirnya 1 Desember 2019 lalu, sebanyak 70 kepala keluarga bergotong royong membuka akses terowongan yang dipenuhi lumpur tersebut. Gotong Royong ini akhirnya dikerjakan setiap pekan.


"Di pekan ketiga, kami juga bisa menyingkirkan blok cor yang lebarnya hampir selebar mulut terowongan. Di pekan itu pula, kami sudah mengundang tiga pawang ular guna memastikan di terowongan tidak ada ularnya," katanya.


Akhirnya untuk memudahkan penyusuran terowongan, Danang melubangi tanah di depan rumahnya. Lubang galian sedalam 6,25 meter itu tembus ke terowongan. Lewat galian itu, warga bisa menyusuri terowongan tak harus melalui mulut terowongan yang ada di pinggir Kali Pusur.

Saat ini di dalam terowongan terdapat tiga blower (masing-masing berkekuatan 1.500 watt) dan delapan lampu penerangan. Di dinding terowongan tersebut masih berair.

Artikel ini sudah terbit di Kumparan.com