RIAU ONLINE, JAKARTA - Keputusan pemecatan dua taruna Akademi Kepolisian (Akpol) anak dari jenderal di Polri, serta tujuh taruna lainnya anak perwira berpangkat Komisaris Besar Polisi (Kombes) serta empat anak kalangan sipil, dianggap langkah berani.
Keputusan pemecatan 13 taruna Akpol tersebut terbukti terlibat dalam kasus pembunuhan sesama Taruna Akpol bernama Muhamamad Adam, 18 Mei 2018.
"Ini langkah sangat tepat, tegas, dan terukur.. Kita apresiasi keputusan Polri, Kalemdikpol, dan Gubernur Akpol sudah bersikap tegas memecat 13 Taruna Akpol tersebut," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane, Selasa, 12 Februari 2019 kepada RIAUONLINE.CO.ID.
Semula, ada 14 taruna Akpol terlibat dalam kasus penyiksaan menyebabkan terbunuhnya Muhammad Adam. Artinya kasus ini sudah terkatung katung sembilan bulan, baru kemudian ada keputusan tegas.
Dari ke-13 taruna itu ada dua anak jenderal, tujuh anak kombes, dan empat anak orang biasa. Sebelumnya pengadilan negeri sudah memecat satu taruna terlibat, nota bene dari anak orang biasa.
Dari pantauan IPW, semula keputusan pemecatan terhadap 13 Taruna Akpol itu berjalan alot, sehingga sidang Dewan Akademi Akpol terpaksa dilakukan selama dua hari, meski Mahkamah Agung sudah mengeluarkan keputusan inkrah terhadap kasus itu.
Alotnya keputusan ini akibat adanya usulan dari ke-13 taruna, cukup hanya empa di antara mereka saja dipecat. Akan tetapi usulan itu memunculkan polemik. Akhirnya, diputuskan semua terlibat dalam kasus pembunuhan Taruna Akpol harus dipecat dari kedinasan.
"Sikap tegas ini sebuah langkah maju. Selama ini penanganan kasus penganiayaan di Akpol cenderung tertutup dan baru kali ini penanganan kasusnya sangat transparan," puji Neta.
Ia menjelaskan, baru kali ini pula begitu banyak Taruna Akpol dipecat akibat melakukan penyiksaan menyebabkan kematian. Sikap simpati terhadap keputusan tegas itu harus diberikan semua pihak agar marwah Akpol tetap terjaga.
Bagaimana pun Akpol adalah lembaga pendidikan dan candra dimuka tempat melahirkan kader kader Polri yang profesional, humanis dan menjunjung tinggi nilai nilai HAM. Akpol tidak boleh melahirkan para algojo yang bersikap biadab yang tega membantai dan membunuh rekan sesama taruna.
Semua pihak harus mau menerima keputusan ini, terutama keluarga pelaku. Sebab siapa yang berbuat harus berani bertanggung jawab.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id