Petugas medis memindahkan pasien dari ruang perawatan ke luar ruangan usai terjadi gempa di RSUP Sanglah, Denpasar, Bali, Minggu 19 Agustus 2018
(Antara Foto)
RIAUONLINE, JAKARTA - Sedikitnya ada dua kali percobaan pelecehan seksual yang dialami perempuan korban gempa Lombok. Laporan ini telah masuk di Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA).
Kasus pertama terjadi setelah gempa pertama, yaitu seorang anak perempuan berusia 13 tahun, warga Kecamatan Bayan, Kabupaten Lombok Utara, yang dilecehkan secara seksual oleh seorang dukun.
Menurutnya masyarakat Sasak memiliki kebiasaan membawa anak yang trauma ke seorang dukun untuk diobati. Biasanya pengobatan berupa didoakan dan diusap bagian dahi dan kepala.
Ternyata, korban diajak ke kamar mandi dan diminta membuka bajunya dan dilecehkan. Sebelum pelaku bertindak lebih jauh, korban sudah berhasil melarikan diri.
Sedangkan kasus kedua dialami perempuan berusia 20 tahun, warga Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara, yang dilakukan oleh teman dekat korban.
Saat itu, korban diajak ke Kota Mataram untuk membetulkan ponselnya yang rusak. Ternyata, bagian yang diperlukan untuk membetulkan ponselnya tidak ditemukan. Kemudian korban diajak ke sebuah rumah dan berusaha diperkosa.
Korban meronta dan berteriak sehingga pelaku gugup. Korban kemudian berhasil melarikan diri dan melaporkan kejadian itu ke polisi
"Sejauh ini, KPPPA baru menerima dua laporan percobaan pelecehan serta pemerkosaan yang menimpa anak perempuan korban bencana Lombok," ujar Asisten Deputi Perlindungan Hak Perempuan Dalam Situasi Darurat dan Kondisi Khusus, Nyimas Aliah seperti dikutip dari Suara.com, Sabtu 25 Agustus 2018.
Menurut Nyimas, perempuan dewasa maupun anak-anak yang menjadi korban gempa Lombok, Nusa Tenggara Barat memang rentan menjadi sasaran pelaku pelecehan seksual.
Mereka juga rentan mengalami kekerasan berdasarkan gender di ruang publik karena adanya relasi kuasa yang timpang.
"Kalau di pengungsian, dalam kondisi yang sangat sulit, perempuan memiliki ketergantungan terhadap laki-laki untuk membantu meringankan beban mereka. Namun, hal itu sering dimanfaatkan oleh para pelaku untuk melakukan pelecehan," terangnya.
Selain itu, kondisi sulit di penampungan sementara menyebabkan ruang privasi bagi perempuan tergerus.
Padahal, perempuan memerlukan sarana dan prasarana privat seperti ruang tidur sendiri, toilet yang ramah untuk perempuan. Apalagi bagi ibu yang menyusui serta melahirkan," tandasnya.
Tulisan ini sudah tayang di Suara.com dengan judul "Perempuan Korban Gempa Lombok Rentan Alami Pelecehan Seksual"
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id