RIAU ONLINE - Kepolisian menyatakan insiden kerusuhan dan penyanderaan yang dilakukan sejumlah narapidana terorisme di Mako Brimob sudah berakhir, Kamis, 10 Mei 2018, pukul 07.15 WIB.
Namun, ada sejumlah fakta di balik kerusuhan itu. Berikut rangkumannya:
Awal mula terjadinya kerusuhan
Selasa, 8 Mei 2018, pukul 22.00 WIB, beredar kabar telah terjadi kerusuhan di dalam Mako Brimob dan terdapat korban jiwa. Namun, polisi membenarkan kabar kerusuhan itu baru disampaikan pada pukul 01.00 WIB dini hari melalui keterangan resmi.
Di tengah ketidakjelasan situasi, kondisi Mako Brimob kian mencekam. Sejak Rabu, 11 Mei 2018 pukul 01.00 WIB, arus lalu lintas dialihkan dan warga dilarang mendekat dalam jarak sekitar 200 meter.
Pemicu kerusuhan
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen M. Iqbal mengatakan kerusuhan terjadi berawal dari kesalahpahaman yang dipicu oleh pembagian makanan.
Korban jiwa
Pada Rabu, 9 Mei 2018, sekitar pukul 15.30 WIB, kepolisian mengonfirmasi enam orang meninggal pada kericuhan itu. Sebanyak lima aparat kepolisian dan satu tahanan yang melawan petugas tewas dalam insiden ini.
Berikut identitas korban tewas
1. Briptu Fandi Setio Nugroho, lahir tgl 9 Desenber 1988, Penyidik Densus 88.
2. Syukron Fadhli
3. Wahyu Catur Pamungkas
4. Yudi Rospuji Siswanto
5. Denny Setiadi
Tahanan teroris tewas:
1. Beni Samsutrisno
Lima polisi yang tewas mendapatkan kenaikan pangkat luar biasa anumerta berdasarkan Surat Keputusan Nomor KEP/615/V/2018 tertanggal 9 Mei 2018.
Penyanderaan seorang polisi
Napi teroris di Mako Brimob sempat menyandera Brigadir Kepala Iwan Sarjana dari kesatuan Densus 88 Antiteror selama lebih dari 24 jam.
Hingga Kamis, 10 Mei 2018, dini hari sekitar pukul 01.00 WIB, ia dibebaskan dalam keadaan hidup dengan luka di sekujur tubuh. Kemudian, ia dibawa ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur.
Otak serangan
Dilansir dari CNN Indoensia, kantor berita ISIS, Amaq News Agency, organisasi itu mengklaim kerusuhan di Mako Brimob melibatkan anggotanya yang ditahan di dalam.
"Telah terjadi baku tembak yang sengit antara anggota pasukan perang Negara Islam (ISIS) dengan pasukan pemberantas terorisme dan pemberontak di dalam penjara Kota Depok, Jakarta Selatan," begitu bunyi lengkap pernyataan yang ditayangkan, Rabu, 8 Mei 2018.
Namun, klaim klaim tersebut dan teori-teori yang berkembang seputar penyanderaan tersebut dibantah polisi.
"Saya lihat proses demi proses. Bahwa yang diklaim oleh si A, si B, dari luar, dan lain-lain sama sekali tidak benar," ujar Brigjen Pol M. Iqbal.
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto juga menyatakan kelima polisi tewas bukan dibunuh dengan cara yang biasa dilakukan ISIS.
Akhir kerusuhan
Kepolisian, pada pukul 04.22 WIB mengirim sejumlah personel tambahan ke Mako Brimob dua bus polisi berwarna abu-abu dan dua truk. Semua armada itu terisi penuh oleh aparat dengan senjata lengkap.
Sebelumnya kepolisian juga mengirim satu mobil Tim Gegana pada pukul 00.32 WIB dan mobil barracuda pada pukul 01.14 WIB.
Pada pukul 07.20 WIB, terdengar empat kali suara dentuman keras di sekitar Rutan Mako Brimob. Berdasarkan informasi dari dalam Markas Badan Pemeliharaan Mabes Polri di sekitar lokasi, juga terjadi satu kali rentetan tembakan pada pagi hari ini.
Sementara, Wakapolri Komisaris Jenderal Syafruddin menyatakan sekitar 90 persen tahanan kasus terorisme telah menyerahkan diri.
Ultimatum dari aparat
Menko Polhukam Wiranto menyatakan aparat memberi batas waktu agar napi menyerah sebelum fajar merekah, dan tidak bernegosiasi.
Rencana penyerbuan oleh aparat itu kemudian batal dan para tahanan menyerah, keluar satu per satu tanpa syarat. Semua senjata yang dirampas dari polisi pun ditinggalkan.
Para penyandera
Wiranto menyebutkan sebanyak 155 napi terlibat dalam insiden penyanderaan itu. Wiranto juga mengatakan bahwa serbuan saat fajar untuk mengatasi perlawanan merupakan hasil rapat koordinasi beberapa pemangku kepentingan.
Sebelumnya diketahui tahanan teroris menguasai tiga dari enam blok yang ada di Mako Brimob. Tiga blok yang dikuasai tahanan teroris itu antara lain Blok A, B, dan C.
Senjata yang sempat dikuasai
Wakapolri Komjen Syafruddin menyebutkan sejumlah senjata laras panjang berhasil dirampas narapidana terorisme dengan jangkauan 500 hingga 800 meter.
Menurut Komandan Korps Brigade Mobil (Dankor Brimob) Polri, Inspektur Jenderal Rudy Sufahriadi, sejumlah bom sitaan tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri beberapa waktu silam sempat dikuasai tahanan.
Bom semula disimpan di ruang penyidik karena belum sempat diletakkan di gudang.
Pemindahan Napi Terorisme
Usai berakhirnya kerusuhan, seluruh narapidana kasus terorisme yang menghuni Rutan Mako Brimob dinyatakan kepolisian telah dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah.
Pada pukul 07.25 WIB ada sembilan bus Brimob yang melaju kencang keluar dari Rutan Mako Brimob dan diduga membawa para narapidana teroris tersebut.
Belum Diketahui
Hingga saat ini, belum diketahui otak serangan di balik insiden rusuh Mako Brimob, dan bagaimana cara para narapidana terorisme mendapatkan akses pada senjata.
Bukan kerusuhan pertama
Sebelumnya, insiden bentrok aparat dengan narapidana terorisme juga pernah terjadi pada 10 November 2017.
Peristiwa itu bermula saat petugas rutan menemukan empat unit telepon seluler milik tahanan kasus terorisme, yakni Juhanda, Saulihun, Kairul Anam, dan Jumali, usai salat Jumat.
Salah satu tahanan tidak terima dan memancing petugas dengan melontarkan ucapan yang tidak sopan sehingga memicu reaksi tahanan dari blok lain.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id