RIAU ONLINE, PEKANBARU - Isak tangis bocah berparas cantik, Bunga Maharani Nasution yang terjun dalam kelompok U11 putri tak dapat berhenti usai kandas ditaklukkan oleh pemain tuan rumah, Elvina Zahra Khairany.
Audisi umum Djarum Beasiswa bulutangkis 2018, Pekanbaru hari ke-dua yang baru saja dijalaninya tampak dari dekat begitu menyesakkan dada sampai masuk ke ulu hati karena harapannya untuk membanggakan wilayahnya, Jakarta Timur demi satu tiket menuju babak semifinal di Kudus sirna sudah.
Sorak sorai penonton yang tengah duduk dan ada juga yang sambil berdiri menyaksikan pergerakan gestur tubuh Bunga yang berjalan ke luar lapangan menunduk lesu semula riuh penuh kegembiraan perlahan hening hampir tak bersuara seperti merasakan kemudian larut dalam kesedihan yang dirasakan.
"Eh, sudah tu nak. Tapi kita mau tanding lagi besok ke Purwokerto," kata Ibunya, Warzukna Purnama Sari yang langsung mendekap anaknya di pinggir jauh dari garis lapangan.
Tangan kanan Sari langsung merangkul tubuh mungilnya, perlahan melepaskan sambil memberikan sebotol air mineral yang dengan cepat diraih oleh Bunga menyambut menggunakan tangan kiri. Setelah meminum seperempat dari isi air perlahan diletakkan botol mineral disamping sisi kiri Ibunya. Bunga kembali larut dalam kesedihan. Tanpa diduga kembali pipinya basah berurai air yang jatuh dari kedua bola mata. Baju putih bertuliskan Djarum dengan garis merah di lengan diambil dan ditarik hingga hampir menutupi seluruh wajah lelahnya kemudian air mata yang jatuh diusap hingga wajah pun memerah.
Bunga masih tak percaya, prediksinya untuk mengalahkan lawannya kali ini harus pupus.
Kekalahan Bunga ditambah dengan suhu gor Angkasa yang hampir mendekati angka 35 derajat celcius itu rupa-ruapnya semakin membuat suasana memanas.
Pada saat yang bersamaan, pelatih Bunga yang hanya bisa tersenyum kecil memberikan wejangan agar dalam seleksi Djarum di kota lainnya ada pelajaran yang bisa diambil saat menghadapi lawan-lawannya nanti.
Sementara itu, sembari merangkul Bunga dengan pelukan hangatnya, Sari kembali bercerita bahwa Pekanbaru juga dijadikan sebagai tempat untuk menambah jam terbang bagi anaknya.
Alasan lainnya karena prestasi Bunga dalam olahraga bulutangkis dari tahun ke tahun semakin meningkat. Semakin pantas rasanya Bunga mendapatkan apresiasi dan penghargaan untuk mengikuti audisi perdana yang dilaksanakan di Pekanbaru pada tanggal 24 sampai 26 Maret 2018 mendatang.
"Sejak belajar badminton di umur 4 tahun, apa namanya (minat dan bakat) Bunga terus terasah. Tapi baru bisa fokus dan di pressnya itu sejak dia duduk di bangku kelas 1 SD," jelasnya sembari mengusap kening Bunga.
Selama menggeluti olahraga ini prestasi seperti juara 3 se-Kecamatan sampai kembali meraih peringkat 3 dalam turnamen se-provinsi pernah dicicipi saat duduk di bangku kelas 3 SD.
Prestasi akademik Bunga juga tak menurun. Sari mengatakan, sekolah memberikan kesempatan luas kepada Bunga untuk mengejar cita-citanya sama seperti pemain bulutangkis yang diidolakannya, Liliyana Natsir atau yang akrab disapa dengan sebutan Butet.
"Sekolah Bunga saya rasa tetap mendukung. Walaupun saat ini dia sedang menjalani UTS, prestasi Bunga di sekolah bisa dibilang juga tidak menurun," jelasnya.
Sari berjanji kepada Bunga, akan kembali mendapatkan kesempatan yang sama untuk kembali mengikuti audisi beasiswa Djarum selanjutnya pasca kandasnya di kota Pekanbaru. Namun, tidak secara tunggal seperti yang saat ini Sari lakukan.
"Habis ini dari klub olahraganya akan kembali mengikuti audisi di Purwokerto dan Cirebon. Karena untuk lingkungannya pun tidak terlalu memakan biaya. Sementara Pekanbaru ini saya memasukkan Bunga sendiri," ulangnya kembali.
Tak lama Sari dan anaknya pun beranjak pergi. Suasana gor yang semakin memanas memaksa mantan pemain bulutangkis yang pernah meraih juara pada kejuaraan German Open Junior tahun 1990, Yuni Kartika berbicara panjang lebar.
Meskipun kalah dengan peserta prianya (berbanding 3:1),Yuni mengatakan bahwa peserta perempuan justru lebih memperlihatkan bakat dan kemampuannya jika dibandingkan dengan laki-laki. Sama seperti yang ditunjukkan oleh Bunga.
"Untuk di tahun ini, perbandingan tetap 1:3. Putranya lebih banyak. Tapi kalau melihat potensi, ada beberapa pemain yang bagus. Terutama di U11 putri dan U13 putri. Kalau U15, kita masih melihat-lihat dan sampai hari ini belum ada yang istimewa," katanya, Minggu, 25 Maret 2018.
Yuni menambahkan kreteria bagus yang diinginkan oleh tim pencari bakat dilihat dari usia yang disandingkan dengan pola permainan saat berada di atas lapangan. Yuni melihat di usia mereka yang masih terbilang sangat muda, mampu mempertontonkan permainan yang cukup atraktif.
Meskipun ada di beberapa sesi para pemain masih saja melakukan kesalahan yang mereka anggap dapat diperbaiki mengingat umur yang masih belia.
"Bagusnya itu umur kecil. Tingkat permainan jika dibandingkan dengan tingkatan umurnya itu sudah cukup baik. Kemudian postur mereka bagus, nekat kalau berada dilapangan. Tapi jika dilihat dari skil dasarnya, mereka itu berbakat untuk diambil dan dikarantinakan di Kudus," katanya sembari tersenyum puas.(2)