RIAU ONLINE - Empat Provinsi sudah menetapkan status siaga darurat kebakaran hutan dan lahan (karhutla), mengingat ancaman karhutla yang semakin meningkat seiring keringnya cuaca di beberapa daerah yang kerap kali mengalami kebakaran hutan dan lahan.
Keempat provinsi tersebut adalah Kalimantan Barat yang menetapkan status siaga darurat karhutla sejak 1 Januari hingga 31 Desember 2018. Kemudian, Sumatera Selatan yang menetapkan status siaga darurat karhutla sejak 1 Februari hingga 30 Oktober 2018 mendatang. Selanjutnya, Riau menetapkan status siaga darurat karhutla pada 19 Februari hingga 31 Mei 2018 mendatang, dan disusul oleh Provinsi Kalimantan Tengah, yang baru saja menetapkan status saiga darurat karhutla, kemarin, 20 Februari hingga 21 Mei 2018.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan Gubernur menetapkan status siaga darurat karhutla berdasarkan pertimbangan telah ditetapkannya beberapa kabupaten/kota di wilayahnya yang menetapkan siaga darurat karhutla, adanya peningkatan jumlah titik panas (hotspot), masukan dari BPBD dan pengalaman pengananan karhutla sebelumnya.
Baca Juga Atasi Karhutla, Menteri LHK: Sudah Siap Helikopter Untuk Riau, Kalbar Dan Kalteng
"Dengan pemberlakuan siaga darurat maka ada kemudahan akses dalam penanganan karhutla, baik pengerahan personil, komando, logistik, anggaran dan dukungan dari pemerintah pusat. Jalur komando penanganan lebih mudah koordinasinya," katanya melalui siaran pers RIAUONLINE.co.id, Rabu, 21 Februari 2018.
Daerah- daerah yang berada di sekitar garis khatulistiwa, lanjut Sutopo, saat ini memasuki musim kemarau periode pertama seperti Riau, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah yang memiliki pola hujan ekuatorial. Antara pertengahan Januari hingga Maret kemarau pertama, kemudian Maret-Mei masuk musim penghujan, dan selanjutnya Juni-September kemarau kedua yang lebih kering. Karhutla umumnya meningkat pada periode kedua musim kemarau ini.
"Ini sesuai pola hujan ekuatorial dicirikan oleh tipe curah hujan dengan bentuk bimodial (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober atau pada saat terjadi ekinoks," ujarnya.
Sementara, jumlah titik panas (hotspot) terus meningkat. Dalam seminggu terakhir hotspot di Kalimantan Barat banyak ditemukan, bahkan Kota Pontianak terselimuti asap karhutla. Pantauan hotspot 24 jam terakhir dari satelit Aqua, Terra, SNNP pada catalog modis LAPAN, Selasa, 21 Februari 2018 pukul 07.23 WIB dengan kategori sedang (30-79%) dan tinggi (>=80%) terdapat 90 hotspot di Indonesia.
Klik Juga Riau Tetapkan Siaga Darurat Karhutla Hingga Mei Mendatang
Sedangkan, untuk kategori sedang ada 78 hotspot yaitu Papua Barat 2, Kalimantan Barat 23, Kepulauan Riau 4, Kalimantan Tengah 12, Jawa Barat 14, Jawa Timur 2, Jawa Tengah 3, Papua 4, Maluku 2, Kep. Bangka Belitung 1, Riau 9, Maluku Utara 1 dan Sumatera Selatan 1. Dan kategori tinggi yaitu benar-benar sedang terbakar ada 12 hotspot yang tersebar di Kalimantan Barat 5, Kep.Riau 2, Kalimantan Tengah 3, Kep.Bangka, Belitung 1 dan Riau 1.
Dikatakan Sutopo, untuk mengatasi karhutla maka dilakukan operasi darat, operasi udara, operasi penegakan hukum, operasi patroli dan sosialisasi, operasi pelayanan kesehatan dan berbagai upaya lain.
"Personil gabungan dari BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Damkar, Satpol PP, masyarakat peduli api, dunia usaha dan relawan dikerahkan untuk mengatasi karhutla. BNPB masih menyiapkan dukungan pesawat untuk hujan buatan dan helikopter water bombing. Bantuan logistik dan peralatan yang sebelumnya telah didistribusikan ke berbagai BPBD saat ini digunakan untuk pemadaman," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id