RIAU ONLINE, JAKARTA - Berhati-hatilah saat mengakses internet. Jangan sampai ikut menyebarkan informasi salah, termasuk kondisi yang tengah hangat-hangatnya saat ini, yakni pembantaian etnis Rohingya oleh militer Myanmar.
Saat ini, etnis Rohingya yang mendiami distrik Rakhine memang tengah berada dalam kondisi sulit akibat kekerasan oleh pihak militer Myanmar. Ribuan rumah dan tempat ibadah hancur dibakar dan mereka harus mengungsi hingga ke Bangladesh.
Baca juga:
Krisis Rohingya... Rumah-Rumah Dibakar, Banyak Anak Terpisah Dari Orangtuanya
Kabar mengenai konflik ini memicu meningkatnya kecaman di dunia internasional. Kecaman semakin menjadi dengan banyak beredarnya foto tentang kekejaman yang diklaim diambil dari peristiwa di Rakhine.
Sebagian foto memicu kemarahan, namun tidak sedikit yang ternyata palsu. Foto-foto itu ternyata tidak benar-benar diambil dari Rohingya.
Dilansir BBC, Senin, 4 September 2017, kabar mengenai Rohingya cukup samar. Ini lantaran jurnalis kesulitan mendapatkan akses untuk masuk dan meliput apa yang terjadi di Rakhine.
Bahkan bagi mereka yang berhasil masuk ke sana, banyak menemukan fakta situasi yang cepat berubah. Beredarnya foto-foto yang diklaim diambil dari konflik Rohingya di media sosial dijadikan sumber informasi oleh sebagian orang. Sayangnya, banyak dari foto-foto tersebut yang ternyata palsu.
Seperti yang dilakukan Wakil Perdana Menteri Turki Mehmed Simsek pada 29 Agustus 2017 lalu, beberapa hari setelah konflik Rohingya kembali meletus. Lewat empat foto yang dia unggah di akun Twitternya, Simsek mendorong dunia internasional mendesak penghentian upaya pembersihan etnis Rohingya.
Unggahannya telah dikicaukan ulang (retweet) sebanyak 16 ribu kali. Tidak hanya itu, foto-foto tersebut juga disukai sebanyak 1.200 pengguna Twitter lainnya.
Tetapi, dia segera mendapat kritik tentang otentifikasi dari foto-foto itu. Tiga hari usai foto tersebut diunggah, lantaran banyak orang mempertanyakan keaslian foto itu, Simsek pun menghapusnya.\
Di dalam negri, Politisi PKS Tifatul Sembiring juga mengaku keliru mengunggah foto korban pembantaian etnis muslim Rohingya di Rakhine State, Myanmar di akun twitter pribadinya.
Dikutip dari dream.co.id, kejadian tersebut sempat ramai ditanggapi oleh netizen. Salah satunya oleh Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul ulama (PICNU) Amerika Serikat, Akhmad Sahal melalui akun twitternya. Sahal langsung mengoreksi foto yang diunggah Tifatul.
Awalnya, Tifatul bermaksud menunjukan kepada netizen ihwal pembantaian etnis muslim Rohingya melalui foto tersebut.
Namun, ternyata foto tersebut bukan menggambarkan pembantaian etnis muslim Rohingya, melainkan peristiwa Tak Bai di Thailand yang telah berlangung pada 2004 silam.
Tifatul mengaku dikirimi foto tersebut oleh sesama anggota Komisi III DPR. Namun, ia enggan menyebut siapa anggota Komisi III yang mengirim foto tersebut.
"Foto itu banyak lho. Saya juga sudah koreksi bisa aja kita salah dalam menerima. Salah kita koreksi, kan gitu. Koreksi yang penting," ujar mantan Menteri Komunikasi dan Informatika itu, Senin, 4 September 2017.
Ia juga mengaku telah meminta maaf kepada Sahal dan meminta kejadian tersebut tidak dibesar-besarkan.
"Itupun cc ke Akhmad Sahal. Saya minta maaf ke dia. biasa saja. Jangan terlalu baper. Kalau baper pasti mati sendiri," ucap Tifatul.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline