(BAGI.ME)
Minggu, 24 Juli 2016 18:07 WIB
(BAGI.ME)
RIAU ONLINE - Seorang anak berusia 8 tahun, yang tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa harus mendekam dibalik jeruji karena telah melakukan pembunuhan berencana.
Siapa sangka? bocah yang memilik mata teduh dan gerik gerik sopan bertindak kriminal. Bahkan, sebelum massuk penjara ia adalah seorang juara kelas di sekolahnya, juara menggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan tingkat anak-anak. Kemampuan berhitungnya juga menonjol.
Dari balik sekolah, di dalam penjara, ia tercatat memiliki peringkat kedua terbesar tingkat provinsi. Lalu, mengapa ia melakukan tindakan kriminal, pembunuhan berencanan pula?
Sebut saja namanya Arif. Kala itu, Arif belum genap berusia tujuh tahun. Ayahnya, yang berdagang di sebuah pasar di daerah bekasi, dihabisi kepala preman yang menjadi penguasa di daerah itu. Penyebabnya, karena sang ayah enggan membayar uang iuran 'keamanan' jumlahnya sangat banyak untuk seorang pedagang seperti ayahnya.
Baca Juga: Mengharukan, Inilah Ucapan Tulus Anak Usai Terima Cangkok Ginjal dari Ibunya
Berita ini akhirnya sampai ke telinga Arif. Esoknya, pada malam hari usai sang ayah dikebumikan Arif mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Hanya dengan bermodalkan pisau dapur bocah yang masih sangat kecil itu menantang orang yang membunuh ayahnya.
"Siapa yang bunuh ayah saya!" teriak Arif sesampainya ditempat mangkal preman itu.
"Gue, terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambil disambut gelak tawa di belakangnya.
Baca Juga
Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau di perut si preman dan tepat mengenai ulu hatinya, hingga membuat pria berbadan besar itu tersungkur ke tanah. Setelah itu, Arif langsung pulang ke rumahnya. Esoknya, usai salat subuh Arif digelandang ke kantor polisi.
Kepala lapas tempat Arif di tahan mengaku bahwa Arif kerap membuatnya kerepotan. Pasalnya sejak di penjara dua tahun lalu, Arif sudah tiga kali melarikan diri dari selnya dengan cara yang ajaib.
Pelarian pertama Arif lakukan dengan cara yang tak pernah terpikirkan oleh siapapun. Setiap pagi mobil kebersihan selalu menjemput sampah-sampah dari Lapas. Ternyata hal ini memberikan ide untuk Arif. Diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantung sampah. Hasilnya, Arif telah berada di luar Lapas.
Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Bocah 8 tahun ini sangat suka membaca, diantaranya artikel tentang fermentasi makanan, seperti tape. Dari sana ia mengetahui bahwa tape mengandung udara panas yang bersifat detruktif terhadap benda keras.
Kebetulan pula di Lapas Arif menyediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakan tape, Arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dinding tembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itu menjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. Arif kembali berhasil keluar Lapas.
Klik Juga: Wow, Sultan Siak Serahkan 13 Juta Gulden untuk Modal Indonesia Merdeka
Pelarian ketiganya, Arif lakukan layaknya pemeran film Hollywood, Mission Impossible. Saat itu, Arif mendapat tugas untuk membersihkan kamar mandi dan melihat ember sebagai sebuah ide. Besi yang berfungsi sebagai pegangan ember itu ia simpan di kamarnya. Arif menyadari bahwa ia telah mendapatkan pengawasan yang sangat ketat membuatnya memilih tempat persembunyian paling aman sebelum memutuskan untuk kabur.
Pilihannya tertuju ke sebuah ruangan yang merupakan ruangan kepala Lapas. Sebab, tidak pernah ada penjaga yang berani memeriksa ruangan itu. Tengah malam, Arif menyelinap keluar dengan menggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu gembok. Arif kembali sukses kabur dari penjara.
Lantas, bagaimana Arif bisa tertangkap lagi? Ternyata pelarian-pelarian yang sukses dilakukan Arif didorong oleh rasa rindu terhadap sang Ibunda. Bocah itu keluar penjara hanya untuk mengunjungi rumah Ibu tercinta. Jadi, dari Lapas Tangerang Arif menumpang mobil omprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan, pulang.
Sebab itu pula pada pelarian ketiga Arif, kepala Lapas yang juga seorang ibu meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif. Hasilnya, dua hari kemudian Arif kembali lagi ke Lapas sambil membawa surat untuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.
"Ibu kepala, Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif," tulisnya singkat.
Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Jika saja, kebijakan bertindak cepat menangkap pembunuh sang ayah, secepat polisi menangkap si Arif tentunya saat ini bocah cerdas dan rajin itu tidak akan berada di tempat seperti itu. Sehingga kreativitasnya yang tinggi itu bisa berguna untuk hal yang lain. Bahkan mungkin untuk negeri ini.
Sayangnya, Arif hanya anak pedagang sayur miskin. Sedangkan si preman yang dibunuhnya selalu setia menyetor kepada pihak berwajib setempat. Begitulah keadilan untuk Tanah Air ini.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline
SUMBER: BAGI.ME