RIAU ONLINE, PEKANBARU - Aksi Jupiter Aerobatic Team (JAT), tim aerobatif yang didirikan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), sangat dinanti-nantikan oleh warga Indonesia. Walau ada insiden di Langkawi, Malaysia, tahun 2015 silam, namun itu tak membuat tim ini tak berkiprah.
Namun, tahukah Anda, jika JAT bukanlah tim aerobatic pertama yang dibentuk oleh TNI AU. Jauh sebelumnya, saat masih bernama Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) pada dekade 1960-an, dimotori dua pilot tempur handal dengan nama panggilan (Call sign) dari satu burung yang sama, Elang, dibentuklah tim aerobatic.
(Baca Juga: Skuadron F-16 di Lanud Roesmin Nurjadin Belum Lengkap)
Kedua pilot pesawat tempur tersebut adalah Kolonel Pnb Leo "Eagle" Wattimena dan Kol Pnb Roesmin "Elang" Nurjadin. Bagi TNI Angkatan Udara, seperti dikutip dari wikipedia, nama besar Roesmin Nurjadin hanya bisa disejajarkan dengan sahabatnya, Leo Wattimena. Ia seorang penerbang yang handal pernah memimpin tim aerobatic MiG-17 bergantian dengan Leo Wattimena.
Tim aerobatic pertama TNI AU yang sempat tampil dihadapan umum itu terbentuk awal 1960 oleh para penerbang Skadron Udara 11. Formasi aerobatic digunakan terdiri dari empat pesawat MiG-17. Leader dari tim aerobatic tersebut Roesmin Nurjadin atau Leo Wattimena.
Sedangkan anggota tim terdiri dari Mayor Pnb Ibnu “Scorpion” Subroto, Mayor Pnb Manetius “Blue Angel” Mudsijan dan Kapten Pnb Sukardi.
Laksamana Udara (Purn) Roesmin Noerjadin lahir di Malang, Jawa Timur, 31 Mei 1930 dan menjabat sebagai Kepala Staf TNI AU (KSAU) pada masa-masa sulit pasca-Gerakan 30/S/PKI tahun 1965 dari 31 Maret 1966-10 November 1969.
Ia memperoleh pangkat jenderal dalam usia sangat muda, 33 tahun, dan menjabat KSAU juga dalam usian sangat muda, 36 tahun, menggantikan Laksamana Madya Udara Sri Mulyono Herlambang.
(Klik Juga: Danlanud Roesmin Nurjadin Turut Berduka Cita)
Roesmin merupakan pilot jet tempur pertama Indonesia, bersama-sama dengan Leo Wattimena. Pendidikan pernah dienyam mantan Menteri Perhubungan di era masa Presiden Soeharto, antara lain, Sekolah Perwira Penerbang AURI, Kalijati (1954) dan RAF'S Flight Instructor School (1955). Jabatan yang pernah dipegang sebagai, Penjabat Komandan Skuadron XI (1958-1962), Kastaf Kohanudnas (1962-1963), dan Kastaf Kohanud (1963-1964).
PESAWAT Skyhawk yang telah menjadi monumen menjadi penghias saat warga dan prajurit TNI AU hendak memasuki Pangkalan Udara (Lanud) Roesmin Nurjadin, Pekanbaru.
Roesmin memperoleh pangkat Letnan Muda Udara I penerbang usai menyelesaikan sekolah penerbang pada 1952. Pada 17 Juli 1952, ia ditempatkan sebagai penerbang pada Skadron 3 Pemburu di Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma.
Pendidikan demi pendidikan militer dilaluinya dengan tanpa adanya hambatan, Latihan Dasar Kemiliteran pada 1955 dilanjutkan dengan Kursus Staf, dan Roesmin menjadi angkatan pertama pada 1950.
Itu belum cukup, Roesmin juga mendapat kesempatan mengikuti ACSC (IAP) pada 1960, Sekolah Para (penerjun) 1963 dan Flight Inst School diselenggarakan di Inggris pada 1964.
Riwayat kepangkatan dan jabatan, dilansir dari wikipedia, diwarnai penuh dinamika. Pada 1 Maret 1953, pangkatnya naik menjadi Letnan Udara II. Setahun kemudian, letnan Udara I.
Roesmin juga pernah menjabat sebagai instruktur penerbang Skadron 3 Pemburu. Pada 1 Januari 1961 dengan menyandang pangkat Letnan kolonel diangkat sebagai Asisten Direktur Operasi Adops Markas Besar Angkatan Udara. Pangkatnya kembali naik menjadi Kolonel Udara pada 1 Juli 1962 dengan jabatan Wakil Panglima Koops AU merangkap sebagai Kas Kohanudnas.
(Klik Juga: Sedan Jerman Setia Dampingi Sultan Siak Keliling Sumatera)
Setahun kemudian, 15 Agustus 1963, Roesmin diangkat menjadi Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional (Pangkohanudnas). Usai mengemban amanah sebagai Pangkohanudnas, Roesmin menjabat Atase Udara pada KBRI di Bangkok, ketika itu berpangkat Komodor Udara (bintang 1).
Karier sebagai atase dilanjutkan ketika menjadi Atase Udara pada KBRI di Moskow pada 1965. Selang setahun kemudian, 1 Mei 1966, pangkatnya naik menjadi Laksamana Muda Udara (Sekarang setingkat Marsekal Muda), selanjutnya saat berpangkat inilah, Roesmin dipercaya untuk menjadi Deputy Menteri/Panglima Angtan Udara (Men/Pangau).
Baru pada 17 Juli 1966 pangkatnya dinaikan menjadi Laksamana Madya Udara (Marsekal). Pada 2 Mei 1966, saat AURI pada posisi kurang menguntungkan sebagai akibat dari arus politik Indonesia yang cukup panas, Roesmin Nurjadin diangkat untuk memimpin AURI.
Namun, karir Roesmin sempat 'ternoda' saat ia menjabat sebagai Menteri Perhubungan selama 10 tahun, 29 Maret 1978-23 Maret 1988. Ketika itu, terjadi insiden tabrakan kereta api yang merenggut 156 orang meninggal dunia. Roesmin kemudian menghembuskan nafasnya enam tahun kemudian, 1994, pada 8 September, di Bandung, Jawa Barat.
Guna mengenang jasa dan pengabdiannya di TNI AU, maka nama Pangkalan Udara di Pekanbaru, Riau, menggunakan namanya, Lanud Roesmin Nurjadi dengan tipe Kelas A.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline