RIAUONLINE, PEKANBARU – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menambah 19 armada helicopter untuk melakukan kegiatan water boombing di beberapa Provinsi di Sumatera dan Kalimantan yang daerahnya mengalami kebakaran lahan dan hutan.
Selain penambahan helicopter water boombing, penambahan pesawat hujan buatan atau Teknik Modifikasi Cuaca (TMC) juga dikerahkan untuk membantu mempercepat proses kondensasi supaya hujan lebih cepat turun di daerah yang ditaburkan garam. (KLIK: Libur Sekolah Diperpanjang Akibat Asap Pekat)
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menerangkan penambahan armada udara tahun 2015 ini adalah yang terbesar dalam mengatasi karlahut jika dibandingkan dengan tahun 2014 lalu yang hanya sebanyak 12 helicopter.
“Total ada 21 unit pesawat dan helicopter water bombing untuk operasi udara. Dari total seluruhnya, 19 unit adalah heli water bombing. Kemudian ada 2 pesawat Air Tractor water bombing. Sedangkan 4 unit pesawat adalah pesawat untuk membuat hujan buatan,” terang Sutopo dalam rilisnya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Senin (28/9/2015) malam. (LIHAT: Menteri Pertahanan Malaysia Sakit Gara-Gara Asap)
Alumnus Pendidikan Geografi Universitas Gadjah Mada ini menambahkan,”dari 19 heli tersebut, 3 unit diantaranya tersebar di Riau, kemudian Jambi 4, Sumatera Selatan 5, Kalimantan Barat 2, Kalimantan Tenggah 3 dan terakhir Kalimantan Selatan 2. Lalu dua unit pesawat Air Tractor dari Kementerian LHK ditempatkan di Sumatera Selatan yang menyebar di Riau, Sumsel, Kalbar dan Kalteng.”
Keempat wilayah yang dikerahkan pesawat hujan buatan atau TMC adalah 4 provinsi yang memiliki tingkat kepekatan asap yang paling buruk dari yang lainnya. Bahkan Kalimantan Tengah memiliki tingkat ISPU terburuk dengan PM10 nya dengan 2600 Psi. Padahal tubuh manusia hanya diberikan standar 250 Psi saja untuk dapat menerima paparan polutan berbahaya di udara. (KLIK: Status Darurat Pencemaran Udara Riau Diperpanjang)
Kemudian untuk operasi darat, Sutopo menjelaskan saat ini pihaknya telah mengerahkan 20.837 personil tim gabungan yang terdiri dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, Manggala Agni, Manggala Agni, Masyarakat Peduli Api dan lainnya. “Kemudian Sebanyak 3.773 personil TNI dari pusat diperbantukan di Riau 1.444 personil, di Sumsel 1.294 personil, Kalteng 500 personil, dan Kalsel 535 personil. Sedangkan Polri dari satuan Brimob dan Penyidik dari pusat yang dikerahkan 770 personil,” terangnya lelaki kelahiran Boyolali, jawa Tengah ini.
Kendala yang ditemui oleh tim pemadam di lapangan ada berbagai macam. Mulai dari cuaca kering, terbatasnya air dan sarana prasarana serta luasnya wilayah yang terbakar menjadi kendala dalam pemadaman. Menurut pantauan pada hari ini pukul 15.00 Wib, jarak pandang di Palangkaraya 400 meter, Muara Teweh 100, Pontianak 600, Jambi 400, Pekanbaru 1.000, Rengat 300, Kerinci 400, dan Palembang 2000 meter. (INFO: Sudah 44.871 Warga Riau Kena ISPA, Setiap Hari Bertambah 2000 Orang)
“Api yang sudah padam akan terbakar kembali karena gambut terbakar di bawah permukaan. Selain itu, pembakaran juga masih terjadi di lahan pertanian, perkebunan dan semak belukar. Kondisi demikian menyebabkan jarak pandang pendek,” tukas Sutopo.
Lelaki yang bekerja di BNPB sejak tahun 2010 ini memrediksikan karlahut dan bencana asap akan terus terjadi hingga akhir bulan November mendatang. “Ancaman karhutla berpotensi hingga akhir November 2015 jika pencegahan tidak dilakukan dengan keras dan tegas,” tandas Sutopo Purwo Nugroho.