RIAU ONLINE, PEKANBARU - Puluhan pengunjung antusias mendatangi booth Rimba Satwa Foundation (RSF) di Tahura Sultan Syarif Hasyim Provinsi Riau, Rabu 26 Juni 2024.
Para pengunjung tidak cuma melihat dan membaca informasi yang tersedia di booth, mereka juga antusias ikut bermain game yang membahas tema seputar lingkungan dan konservasi.
Raihan, salah satu pengunjung menyampaikan bahwa dirinya tertarik saat melihat tampilan booth bertemakan hutan. Dia menilai ada banyak pengetahuan yang didapatkan saat mengunjungi booth RSF.
"Booth ini menarik, bertema hutan dengan pigura satwa dilindungi dan satwa endemik juga ya. Ini keren, apalagi ada game edukasi yang pertanyaan seputar gajah. Seperti, berapa lama gajah mengandung, gajah termasuk hewan apa, nah itu informasi yang penting bagi masyarakat juga," ujar mahasiswa perguruan tinggi swasta di Riau ini.
Founder Rimba Satwa Foundation (RSF), Zulhusni Syukri menyampaikan, upaya mengedukasi masyarakat terkait pentingnya konservasi harus terus dilakukan. Apalagi ini menjadi momen tepat dengan adanya kegiatan Tahura SSH Musik Festival 2024 yang mengangkat tema "Jaga Hutan Kita."
"Jadi kita hadir di sini bisa memberikan edukasi terkait dengan kondisi atau konservasi gajah di Riau. Ada banyak anak muda yang ikut serta dalam kegiatan ini. Kami menilai kawula anak muda penting untuk mengetahui bagaimana situasi konservasi gajah di tempatnya sendiri, khususnya di Riau," jelas Zulhusni.
Ia menjelaskan, konflik atau interaksi negatif gajah dengan manusia sebenarnya bukan hal yang baru. Kondisi itu terjadi paralel dengan proses hilangnya habitat atau hilangnya hutan di Riau. Manusia masuk ke areal perlintasan gajah kemudian melakukan aktivitas seperti berkebun.
"Jadi, memang itu sudah lama. Kemudian konflik antara gajah dan manusia terus terjadi, ya masalah utamanya karena gajah itu kehilangan habitat. Maka timbul interaksi negatif, baik itu merugikan gajah maupun merugikan masyarakat yang tinggal di perlintasan tersebut," paparnya.
RSF medata, sepanjang 2021-2023 terdapat 178 konflik antara gajah dan manusia, dan 156 di antaranya dapat ditangani dengan baik. Sejak berdiri tahun 2016 hingga kini, RSF berfokus dalam upaya konservasi baik itu satwa maupun hutan. Mereka berupaya dalam proses konservasi gajah, harimau sumatera dan ada juga upaya konservasi endemik di Riau, seperti primata.
"Mengapa harus ada konservasi gajah, itu kan harus diketahui oleh banyak pihak, baik itu masyarakat yang tinggal di perlintasan gajah, terlebih ini kepada anak-anak muda," imbuhnya.
Zulhusni menyebut, RSF optimis dalam upaya konservasi di Riau. Walaupun kenyataannya masih banyak aktivitas saat ini yang bertolak belakang dengan konservasi gajah.
"Namun melihat antusias masyarakat untuk ikut di dalam kegiatan yang kita tampilkan di booth ini membawa semangat baru buat kita ya. Antusias anak muda, banyak juga mereka bertanya ke kita," ujarnya.
Lebih jauh ia menyampaikan, RSF dalam upaya konservasi ini bekerjasama dan mendapat dukungan dari berbagai pihak. PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) salah satu perusahaan yang ikut berkontribusi dalam upaya konservasi gajah di Riau.
"Di sini kita bersama PHR dalam mengedukasi dan kampanye, mengapa gajah itu harus diselamatkan. Jadi, memang dalam kegiatan tahunan kita itu iven yang tujuannya untuk kampanye, baik meliputi program-program kita, bagaimana kondisi gajah, terus apa yang bisa dilakukan oleh semua pihak dalam upaya konservasi gajah," jelasnya.
PHR terlibat langsung dalam kegiatan, seperti menjadi narasumber dalam talkshow dan menyampaikan bagaimana peran perusahaan dalam konservasi gajah. Tim PHR dan RSF bersama mengeduksi pengunjung yang datang ke booth.
Zulhusni menilai, penting bagi perusahaan yang berada di areal perlintasan gajah untuk bisa ikut serta di dalam upaya konservasi gajah. Karena, bagaimana pun mereka memiliki peran dan tanggung jawab di dalam proses kerusakan yang ada di areal perlintasan gajah.
Saat ini, kelompok-kelompok gajah liar di Riau kini dapat dipantau secara real time melalui sistem navigasi berbasis satelit (GPS) berkat lima unit kalung GPS (GPS collar) yang dipasang pada pemimpin kelompok gajah.
Kalung GPS berfungsi untuk memonitor pergerakan dan memberikan data lokasi keberadaan Kelompok gajah, sehingga potensi konflik gajah dan manusia dapat dimitigasi lebih dini.
Dalam upaya ini, PHR sebagai mitra RSF juga menginisiasi program agroforestri dengan membentuk Kelompok Tani Hutan (KTH) dan menanam lebih dari 32.500 pohon yang bernilai ekonomi tinggi namun rendah gangguan gajah.
Aneka pohon seperti alpukat, durian, petai, jengkol, matoa dan kakao di area perlindungan gajah seluas 225 hektar. Program tersebut bertujuan mendukung ketahanan pangan dan meningkatkan ekonomi masyarakat, serta pemulihan fungsi hutan, sebagai habitat satwa dan pengurangan potensi konflik gajah dan manusia di lansekap koridor Suaka Margasatwa (SM) Balairaja dan SM Giam Siak Kecil, Riau.
Program Agroforestri merupakan kemitraan PT PHR dan RSF yang didukung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), SKK Migas, BBKSDA Riau, dan Pemerintah Provinsi Riau. Capaian Program Agroforestri di Wilayah Kerja Rokan berbasis SMART Patrol System.
Ada 87 KK di Desa Balairaja sudah terlibat dalam program agroforestri. Menggunakan tujuh jenis tanaman buah sebagai komoditas pengganti sawit yang ramah gajah. Lalu, 225 hektar lahan sudah dikonversi menjadi kawasan agroforestri dengan total yang sudah ditanam 32.500 pohon.
Hingga 2023 terdapat empat Kelompok Tani Hutan Binaan RSF. Pada tahun 2023, terhitung 1,28 Ton serapan karbon dari Program Agroforestri. Kelompok Tani Hutan APJ (Alam Pusaka Jaya) binaan RSF telah menerima bantuan bibit kambing sebagai inisiasi Silvipastora.
Kegiatan Tahura SSH Musik Festival 2024 tersebut juga menyediakan mini expo, booth bazar ramah lingkungan, talkshow, environmental education, serta penanaman 1000 pohon.
Antusias musisi band Riau juga mempersembahkan penampilan terbaik mereka dalam ajang festival musik yang didukung oleh Kementerian DLHK, DLHK Provinsi Riau, UPT KPHP Minas Tahura serta sejumlah mitra.