RIAU ONLINE, PEKANBARU–Kombinasi lengkap antara alam dan lingkungan adalah hal yang dibutuhkan penduduk bumi, tanpa terkecuali. Terlebih lagi di tengah perubahan iklim yang kini semakin memprihatinkan.
PLN UIP Sumbagteng dalam program PLN Peduli hadir di tengah masyarakat Desa Lubuk Bigau, Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, melakukan aksi bersih-bersih sungai dan danau serta restocking atau tebar benih ikan air tawar dalam rangka Hari Lingkungan Hidup.
Aksi konservasi yang menggandeng Yayasan Hutanriau bersama komunitas offroad di Pekanbaru ini dilakukan di Tepian Sungai Kapas. Lokasinya sekitar 153 km dari Kota Pekanbaru dengan waktu perjalanan sekitar enam jam menggunakan motor atau mobil. Kegiatan tersebut berlangsung selama tiga hari sejak Jumat sampai Ahad, 16-18 Juni 2023.
Manager Perizinan dan Komunikasi PT PLN (Persero) UIP Sumatera Bagian Tengah, Eriko Putra, mengatakan melalui aksi PLN Peduli adalah salah satu tanggung jawab sosial yang dilakukan oleh PLN.
Dalam sambutannya itu, ia pun menyampaikan apresiasi kepada pihak desa serta masyarakatnya yang telah menyambut kedatangan rombongan dari Pekanbaru. Suasana desa yang masih alami dan keramahtamahan menjadikan para rombongan semakin betah berlama-lama di sana.
“Alasan memilih Lubuk Bigau, lebih fokus terhadap sungai, air, serta konservasi. Ini moment yang masih alami sebagai warisan turun temurun,” katanya yang didampingi Staf Komunikasi, Fadly.
Pada kesempatan ini, terdapat 11 ribu bibit ikan yang dilepasliarkan di alam bebas yakni di Tepian Sungai Batang Kapas dan juga Air Terjun Jonjang. Dirinya berharap, dapat bermanfaat bagi masyarakat dan juga pelestarian sungai.
Aksi tebar benih ikan oleh PLN, Yayasan Hutan Riau, komunitas off road dan warga sekitar. (SOFIAH/RIAU ONLINE)
Pada kesempatan yang sama, Direktur Yayasan Hutanriau, Widya Astuti menyebut saat ini manusia mulai menantang dirinya untuk memberikan sesuai bagi alam dan masyarakat yang telah menjaga alam di hulu sungai.
“Dalam kegiatan di Hari Lingkungan Hidup sedunia ini konservasi sungai dan danau serta aksi bersih-bersih dan gotong royong. Kebetulan sungai ini juga sebagai lubuk larangan,” jelasnya.
Untuk potensi wisata, menurutnya, sangat menarik apalagi belum terjamah oleh masyarakat luas. Katanya, masih menjadi minat khusus bagi orang-orang yang suka adventure. Dalam tahap awal ini, ia berharap agar bisa dicapai oleh setiap orang.
Hal senada, juga disampaikan oleh Manajer Program Yayasan Hutanriau Melky Roemania yakni perlu melihat kondisi kampung Lubuk Bigau dengan potensi yang ada. Nantinya, bisa menarik pengunjung dari luar daerah untuk datang ke Lubuk Bigau.
Lebih jauh, salah satu komunitas penggiat Off Road, Yogi Wirya MP mengatakan komunitasnya senang berjalan-jalan ke lokasi wisata. Objek wisata yang seindah ini akan diceritakan ke kawan-kawan di kota. Jika bukan dengan komunitas off-road, Batu Tilam belum terkenal. Ayo bangun dan bangkitkan wisata.
“Jika punya objek wisata dan membuka, akan mendongkrak ekonomi masyarakat. Komunitas kami senang berekspedisi berhari-hari. Dulu 2-3 hari baru sampai Lubuk Bigau. Sekarang, setengah sampai satu hari sudah bisa,” katanya.
Selama tiga hari berada di Lubuk Bigau, kegiatan lainnya yakni telusur tepian Sungai Batang Kapas, menuju kebun serai yang dijadikan bahan dasar balsem, serta lomba permainan tradisional bersama anak-anak setempat.