RIAU ONLINE, PEKANBARU - Mengenakan sepatu lari berwarna hitam, sewarna dengan celana pendek dipakainya, serta baju warna ungu, pelari perempuan asal Jepang, Asuka Nakajima, mulai berlari perlahan-perlahan bersama dengan pelari Indonesia, William Binjai, Sabtu, 4 Januari 2020.
Keduanya berlari menyusuri jalan setapak menerobos lebatnya pepohonan di Taman Hutan Rakyat Sultan Syarif Hasyim (SSH), yang berada di tiga wilayah, Kota Pekanbaru, Kabupaten Kampar dan Siak.
Asuka dan Binjai mencoba trek di tengah rerimbunan pohon-pohon besar dan kebun sawit, keluar masuk, sejauh 21 kilometer (Km). Keduanya menghabiskan waktu 4 jam 30 menit hingga tiba di garis akhir telah ditentukan panitia Sumatera Jungle Run (SJR), mulai pukul 10.00-14.30 WIB.
Event Sumatera Jungle Run ini akan diselenggarakan Sabtu, 11 April 2020, oleh Polda Riau. Sebagai rangkaian menuju Hari H, maka keduanya diminta menjajal trek lari lintas alam telah dirancang.
"Trek di sini menantang, saya menyukainya. Di sini nyaris treknya alam liar, wild nature, itu bedanya mungkin," kata Asuka usai menjajal trek di Tahura.
Namun, tutur juara 3 kategori perempuan Asia Trail Master 2019 ini, ada beberapa pekerjaan rumah harus diatasi oleh panitia bagi keamanan dan kenyaman pelari akan mengikuti SJR di April 2020 mendatang.
Sementara itu, William Binjai, pelari Indonesia asal Binjai, Sumatera Utara, mengatakan kekagumannya dengan trek di Tahura Minas. Juara 1 Tambora Challengge 320 Km 2018 ini menceritakan, pertama sampai, ia merasa nyaman.
Tak hanya itu, William Binjai juga mengapresiasi SJR 2020 yang digelar oleh Polda Riau. Konsep yang diusung dalam lari Sumatera Jungle Run ini merupakan Jungle Trailer Run, masuk hutan alami.
"Saya nyaman sih berada pertama kali di sini. Saat berlari, dengar suara jangkrik, atau binatang lainnya, ada akar pohon, lebih alami. Kebanyakan di tempat lain, belum jumpa seperti itu," ungkap William.
WILLIAM Binjai, pelari Indonesia Juara 1 Tambora Challengge 320 Km 2018 saat menjajal rute Sumatera Jungle Run di Tahura Sultan Syarif Hasyim, Minas, Riau.
Ia menjelaskan, rute di Tahura Minas masih baru, dan alami. Sedangkan di tempat lain, kebanyakan jalur pariwisata, tak dapat tantangan. William yakin panitia dari Polda Riau akan perbaiki rute yang ada, menyempurnakan termasuk mengevaluasi masukan saat uji trek hari ini.
"Panitia bakal perbaiki lagi rute yang ada saat ini. Akan dilakukan dievaluasi lagi, hingga hari H akan lebih bagus lagi," ujarnya.
William juga memberikan masukkan kepada para peserta akan mengikuti SJR 2020 untuk lebih giat lagi berlatih, sehingga mampu melahap trek disajikan panitia.
"Kesulitan masih standar, naik turun, biasanya panitia perhitungkan waktu yang cukup. Peserta harus latihan, kalau tak latihan, ambil rute pendek saja," sarannya.
Tak hanya itu, William juga memberikan kata semangat kepada para runner di Riau, Sumatera, maupun nasional, alam Indonesia itu tak kalah dengan di luar negeri. Padahal, bukit-bukit di luar sana, bukan gunung atau bentangan alam lainnya, banyak diminati para pelari.
Sementara itu, Race Director SJR 2020, Amelia Seftiana mengatakan, kedua pelari kelas dunia itu merupakan duta atau Ambasador. Pada 11 April 2020 mendatang, SJR akan dibagi dalam tiga kategori 5 Km, 10 Km dan 21 Km.
SJR merupakan perlombaan lari lintas alam tingkat nasional dan internasional digelar Sabtu, 11 April 2020 mendatang. Tak hanya sebatas berlari, acara diinspirasi Riau Trailrun Race pernah digelar November 2016 itu, mengajak para pelari untuk menjaga hutan, termasuk cegah deforestasi.
Selain itu, SJR juga membawa pesan hutan yang asri dan asli bisa membawa berkah, tanpa harus mengubah keasliannya, apalagi membakarnya. SJR merupakan penggabungan olahraga dengan wisata atau sport tourism.
Tahura SSH merupakan kawasan konservasi berjarak sekitar 25 km atau kurang dari satu jam dari Pekanbaru. Hutan, sungai, danau, kebun sawit, suara alam termasuk burung serindit, dan trek variatif tersaji SJR.
Ikon SJR adalah Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) yang terancam punah di habitat aslinya di bawah pengawasan khusus sang pawang. Ada puluhan ekor gajah jantan dan betina dapat ditemui di sana.
Suhu antara 30-32 derajat Celcius. Topografinya nyaman, naik-turun antara 35 meter hingga 100 meter di atas permukaan air laut menjadikan lomba ini ramah bagi siapapun. Baik kelas 5 K, 10 K atau kelas 21 K. Fun tapi menantang karena menggunakan batas waktu atau cut of time.