Hujan Sekejap, Pekanbaru Jadi Kota Berkuah. Ini Solusi Ditawarkan Pakarnya

Banjir-di-Jalan-Jenderal-Sudirman-Pekanbaru.jpg
(RIAUONLINE.CO.ID/ZUHDY FEBRIYANTO)

RIAU ONLINE - Hujan yang mengguyur Kota Pekanbaru selama 30 menit hingga 1 jam, telah menjadikan wajah Kota Madani ini berubah bak Kota Berkuah.

Lalu, dimanakah letak permasalahannya sehingga saban hujan, selalu dijumpai air tergenang mulai beberapa sentimeter hingga puluhan sentimeter.

Bahkan, Senin, 1 Mei 2017 silam, hujan selama dua jam membuat ribuan rumah warga Pekanbaru dimasuki rezeki Tuhan tersebut, bahkan menelan korban jiwa sebanyak dua orang akibat kesetrum listrik. 

Husnul Kausarian, PhD

Ini artikel bernas dari Husnul Kausarian, penyandang gelar Philosophy of Doctor (PhD) di bidang Pemetaan Geologi Satelit, Chiba University, Jepang, beserta solusi ditawarkannya. Berikut tulisannya: 

Begitu hujan lebat menyapa Kota Pekanbaru, maka tak lama seketika, air pun menggenang layaknya kolam yang tertampung. Belakangan ini, curah hujan cukup tinggi disertai dengan debitnya luar biasa, sehingga Pekanbaru “tidak siap” menerima curahan air yang sebetulnya ini adalah rezeki.

Akibatnya, curah hujan tinggi ini, air menggenang di sepanjang jalan dan permukiman warga. Memang tidak dapat dipungkiri, Pekanbaru kini memang sedang melaju pesat, mengingat kota tercinta sangat menjanjikan sebagai tempat bertukarnya aktivitas ekonomi baik secara jasa maupun produk.

Secara geografis, Pekanbaru menjadi magnet dan daya tarik buat masyarakat. Posisi strategis Pekanbaru terletak di tengah-tengah Pulau Sumatera menjadikannya tujuan investasi dan pusat bergelutnya perekonomian. 

Padatnya penduduk dan tingginya urbanisasi menjadikan Pekanbaru primadona di Pulau Sumatera. Ini memberikan dampak sangat besar terhadap bentangan alamnya. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, jumlah penduduk Pekanbaru di jam kerja mencapai 1,6 juta.

Sedangkan di malam hari jumlah penduduk Pekanbaru 1,2 juta. Luas Pekanbaru “hanya” 632,3 km2. Artinya, setiap kilometer persegi kota ini di saat jam kerja menampung 2.530 orang. Sementara malam hari, per kilometer persegi kota ini menampung 1.897 orang.

Sebuah jumlah cukup fantastis, kota ini menuju kota padat penduduk, karena aktivitas ekonomi menjanjikan. Jumlah penduduk yang tinggi ini berbanding lurus dengan urbanisasi. Catatan statistik menunjukkan terjadinya perubahan meningkat dari urbanisasi tiap tahunnya.

Sisi positif peningkatan aktivitas perekonomian di Pekanbaru ditandai meningkatnya jumlah penduduk dan pembangunan infrastruktur di segala bidang, masih belum ditopang kemampuan penyelesaian masalah lingkungan terjadi di kota ini. Masalah terbesar dihadapi Pekanbaru adalah terkepungnya air saat hujan besar terjadi.

Memang jika dilihat dari segi infrastruktur kota Pekanbaru, terutama drainase, sudah tergolong cukup baik. Saat ini, di kawasan padat permukiman, pasti tersedia saluran larian air atau drainase tersebut. Namun, ketersediaan ini masih perlu ditingkatkan lagi, terutama ketika hujan lebat terjadi, terlebih lagi saat ini di 2017, akibat terjadinya perubahan iklim dunia secara global, turut serta memberikan dampak terhadap Pekanbaru.



Dimana hujan yang terjadi belakangan, di bulan April hingga Mei 2017, memberikan curah hujan sangat tinggi. Ini suatu anomali fenomena alam jarang terjadi. Biasanya curah hujan di bulan April hingga Mei adalah rendah, karena menyongsong musim kering dimulai pada Juni.

Topografi Kota Pekanbaru

 TOPOGRAFI Kota Pekanbaru hasil pengolahan data satelit dan penyesuaian di Google Earth.

Namun, tahun tahun ini justru trend tersebut berubah. Penyebabnya, anomali kondisi iklim secara global. Sehingga debit air yang besar ini tidak mampu ditampung drainase yang sudah ada. Selain kondisi drainase itu, kesalahan juga terletak kurangnya kesadaran masyarakat memperhatikan kebersihan kotanya. Sederhananya, jika kondisi drainase bersih, maka air akan mudah mengalir.

Pembahasan dan Solusi

Membicarakan air tidak terlepas dari mengetahui sifat fisik dan karakternya. Air, secara alami memiliki karakter mengalir dari tempat tinggi ke tempat lebih rendah mengikuti proses tarik menarik diakibatkan gravitasi.

Kondisi seperti ini sangat erat kaitannya dengan pengaruh geologi, geografi dan morfologi suatu daerah tersebut. Secara geologi, Pekanbaru merupakan kota terdiri dari alluvium tua. Alluvium tua itu terdiri dari susunan kerikil, pasir, lempung, sisa-sisa tumbuhan dan sedikit rawa gambut.

Secara struktur geologi, Pekanbaru terbentuk oleh struktur lipatan antiklin. Lipatan antiklin memiliki arti sebagai lipatan melengkung ke atas. Lipatan ini memiliki dua sayap atau bagian terendah, terletak di Sungai Siak pada bagian utara atau tengah kota ini dan sayap terendah lainnya adalah Sungai Kampar Kiri di bagian selatannya (sungai ini lebih tepatnya sudah masuk daerah Kabupaten Kampar).

Struktur geologi lipatan antiklin ini memberi pengertian bahwa kota ini secara logis geologisnya merupakan kota dengan topografi tinggi. Artinya, seharusnya kota ini jika terdapat air, air tersebut bisa mengalir ke daerah lebih rendah, daerah tersebut bukan berada di Pekanbaru.

Secara geografi, Pekanbaru terletak pada ketinggian 5-11 meter di atas permukaan laut. Artinya, Kota Bertuah berada di daerah bebas dari pengaruh pasang surut air laut. Ini turut serta didukung letak geografis Pekanbaru berada jauh dari laut. Penelitian kami lakukan terhadap pengukuran terperinci dari ketinggian daratan kota dengan menggunakan data satelit, menunjukkan daerah terendah berada pada ketinggian minus 2 meter di bawah permukaan laut.

Lokasi terendah ini berada di Sungai Siak yang membelah Pekanbaru di Senapelan dan Rumbai. Sementara, untuk daerah tertinggi di Pekanbaru berada pada ketinggian 73 meter, terletak di Tenayan Raya dan Muara Fajar. Kondisi geografis ini turut serta menunjukkan Pekanbaru berada di kawasan tinggi.

Sementara untuk morfologi kota, memperlihatkan Pekanbaru cenderung sedikit berbukit dan landai serta menuju ke titik terendah di aliran-aliran sungai terdapat di kota berjuluk Kota Bertuah.

Melihat pembahasan tentang kondisi geologi, geografi dan morfologi Pekanbaru, semestinya air tertampung di kota ini bisa segera teratasi dengan mengalirkannya melalui saluran-saluran/drainase dirancang sesuai dengan bentuk kota. Saat ini, kita memang sudah melihat adanya upaya-upaya peningkatan sistem drainase sudah dilakukan Pemko Pekanbaru selama beberapa tahun belakangan. Tinggal perlu ditingkatkan dan dioptimalkan saja dengan menyesuaikan dengan kondisi alam kota.

Simulasi rekayasa teknik menunjukkan, Pekanbaru (harusnya) hanya akan terendam jika curah hujan turun berada di atas 5 meter dengan interval kenaikan air sebanyak 1 meter. Simulasi ini menunjukkan, Pekanbaru akan tenggelam jika curah hujan rata-rata lebih dari 500 mm.

Sementara saat ini dengan rata-rata curah hujan 269 mm per tahun, mestinya Pekanbaru tidak terjebak dengan banjir. Sebagai saran untuk melarikan air yang terperangkap adalah perlu dilakukan beberapa langkah mendukung.

Pertama, tentunya dibangun sistem drainase benar-benar mampu melewatkan air agar tidak tergenang. Saya melihat sistem drainase yang ideal dengan membangun seperti drainase di Jalan Jenderal Sudirman. Drainase dibangun, bisa dibuat multifungsi, misalnya bagian atas drainase terintegrasi menjadi laluan pedestrian atau tempat pejalan kaki.

Gambaran 3D Kota Pekanbaru

 GAMBARAN 3 Dimensi Geomorfologi Kota Pekanbaru menunjukkan kota ini berada di kawasan yang Tinggi.

Namun perlu diingat, drainase dibangun hendaknya lebih tinggi dari badan jalan, agar terhindar dari pengguna kendaraan bermotor melewati laluan pedestrian tersebut. Lalu di bagian pemisah laluan pedestrian yang tinggi tersebut, hendaknya dibuat ventilasi bersekat.

Tujuannya, air yang terperangkap di jalan bisa masuk ke saluran drainase dan sekat yang ada, bisa menghambat sampah turut serta terbawa ke air. Membangun drainase sebisa mungkin memiliki lebar cukup, namun jika lebar tidak cukup maka dibuatlah lebih dalam.

Sistem drainase dibuat hendaklah sesuai dengan arah aliran air tersusun secara alami oleh bentangan geologi dan geomorfologi Pekanbaru. Melihat secara garis besar kota berdasarkan data satelit, sesungguhnya kota ini terbentang dengan sistem yang baik.

Kota ini merupakan kota yang tidak berada di bawah permukaan air, sehingga “lebih memudahkan” mengatur larian airnya. Saran saya, aliran air ini dibuat dengan mengacu daerah aliran sungai yang ada dengan begitu tugas pemerintah sebagai pelaksana pembangunan bisa diselesaikan dengan baik.

Apa yang dipertimbangkan dan dilakukan saat ini sangat menentukan terhadap apa yang akan kita wariskan ke anak cucu kita kelak; 10, 20, 30 bahkan 100 tahun yang akan datang. Semoga kota Pekanbaru bebas dari banjir, aamiin.


Penulis adalah Ketua Interdiscipline & Integrated Research Center Universitas Islam Riau dan Dosen Geologi Pemetaan Satelit di Universitas Islam Riau