Meski Seru, 5 Permainan Tradisional Melayu Ini Mulai Terlupakan

Anak-main-gasing-di-siak.jpg
(HENDRA DEDAFTA/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kekayaan budaya dan sejarah di Indonesia sejatinya juga tercermin dari permainan tradisional. Banyak unsur yang melekat pada permainan tradisional menjadikannya sebagai sejarah yang harus dipertahankan.

Namun, dewasa ini tidak sedikit permainan tradisional semakin surut eksistensinya. Kemajuan teknologi menjadi salah satu penyebab permainan tradisional mulai dilupakan. Bahkan, anak-anak saat ini bisa dikatakan asing, bahkan tidak lagi tahu tentang permainan nenek moyang mereka.

Permainan digital saat ini dianggap lebih praktis dan mudah dimainkan, baik sendiri atau bersama teman-teman. Meski demikian, permainan tradisional jangan sampai terlupakan secara permanen, terutama bagi generasi sekarang.

RIAU ONLINE merangkum aneka permainan tradisional yang menjadi warisan budaya turun temurun di Provinsi Riau. Permainan tradisional suku Melayu ini memegang peranan penting dalam membentuk identitas. Berikut daftarnya:

1. Patok Lele

Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok yang anggotanya berjumlah sama. Pemain menggunakan dua potong kayu yang masing-masing berdiameter 3 Cm yaitu sebuah kayu yang panjangnya 30 Cm sebagai pemukul, sedangkan sebuah kayu lain yang panjangnya 15 Cm sebagai anak patok lele.

Pada awal permainan, perwakilan kelompok menentukan siapa yang mendapat giliran bermain terlebih dahulu. Anak patok lele diletakkan melintang pada lubang kemudian diangkat dan dilemparkan atau didorong ke arah pemain lawan yang menjaga di depan. 

Jika dapat ditangkap oleh lawan, maka permainan digantikan oleh lawan. Apabila tidak tertangkap, maka induk patok lele diletakkan pada lubang kemudian anak patok lele yang tidak tertangkap oleh lawan akan dilemparkan pada induk yang ada pada lubang. Jika kena, maka permainan diganti oleh lawan, jika tidak maka si pemain akan melanjutkan permainannya.

2. Adu Buah Para

Ini merupakan salah satu permainan yang melibatkan buah karet sebagai alat utamanya. Istilah "buah para" merujuk pada buah karet sehingga esensi permainan ini adalah mengadu buah karet.

Cara bermain adu buah para dengan melakukan undian. Pemenang undian akan menjadi pemain pertama yang melangkah. Sementara, yang kalah harus meletakkan biji karet miliknya dalam bagian bawah dari pemenang undian.



Kemudian, biji karet yang tersusun dalam dua tingkat yang akan pemain pukul menggunakan ujung tangan bagian bawah. Jika tidak ada biji yang pecah setelah pukulan, maka bergantian para pemain sesuai urutan undian.

3. Benteng

Benteng adalah suatu permainan tradisional yang melibatkan dua kelompok, di mana setiap kelompok terdiri dari 4 hingga 8 orang. Setiap kelompok memilih suatu lokasi sebagai markas, yang umumnya berupa tiang, batu, atau pilar sebagai benteng.

Tujuan utama dari permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil kendali atas benteng yang dimiliki oleh kelompok lawan. Cara mencapai tujuan ini adalah dengan menyentuh tiang atau pilar yang menjadi milik lawan.

Sembari berseru kata "benteng" setelah berhasil menyentuhnya. Selain itu, kemenangan juga dapat dicapai dengan menawan seluruh anggota kelompok lawan melalui sentuhan pada anggota tubuhnya.

4. Gasing

Permainan ini sebetulnya terdapat di berbagai daerah dengan ciri khasnya masing-masing. Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros karena faktor keseimbangan pada suatu titik. Harus seimbang. Bagian-bagian kayu yang membentuk gasing juga harus rapi.

Gasing diperkirakan sebagai mainan tertua di dunia. Artefak ini banyak ditemukan pada berbagai situs arkeologi di banyak negara. Sejauh ini dapat dikatakan gasing merupakan permainan yang bersifat universal, dalam arti ada di berbagai kebudayaan dunia.

Gasing dimainkan dengan cara dilempar atau ditarik. Lalu berputar untuk beberapa saat. Lama waktu berputar sangat tergantung kepada keterampilan si pemain. Interaksi bagian kaki (paksi) dengan permukaan tanah membuat gasing bisa tegak.

Setelah gasing berputar tegak untuk sementara waktu, momentum sudut dan efek giroskopik berkurang sedikit demi sedikit hingga akhirnya bagian badan terjatuh secara kasar ke permukaan tanah. Gasing yang baik dapat berputar dengan lancar dan enak dilihat. Bahkan pemain yang terampil mampu membuat gasing berputar di atas ujung jarinya.

5. Congklak

Permainan tradisi Melayu yang unik ini tidak diketahui pasti kapan ditemukan dan dari mana bermula. Konon, ada yang mengatakan dari Pulau Jawa, tapi ada juga yang mengatakan dari Malaka, Malaysia.

Congkak dalam sejarahnya merupakan permainan putri-putri raja di dalam istana. Saat waktu senggang, mereka memainkan congklak tersebut. Lambat laun, congkak menjadi permainan masyarakat luas. Anak-anak perempuan memainkan congklak kapan saja.

Buah congkak yang biasanya kerang atau siput, diletakkan di setiap lubang congklak, selain lubang induk. Ada 16 lubang pada papan congkak ini. Satu orang memiliki tujuh lubang yang berisi siput sebagai alat permainan, dan satu lubang kosong sebagai lubang induk di awal permainan. Siapa yang berhasil mengumpulkan siput terbanyak di lubang induk, dialah pemenang.

Nah, itulah lima permainan tradisional Melayu yang kian terlupakan. Sebenarnya masih banyak lagi aneka permintaan tradisional di Provinsi Riau. 

Perbedaan geografis dan budaya membuat beberapa permainan ini mendapatkan modifikasi dari awalnya. Meski demikian, permainan ini tetap menjadi ciri khas dari suku Melayu yang tetap memberikan keseruan tersendiri bagi generasi muda.