Munculnya Soju Halal di Tengah Demam Korea di Indonesia

Ilustrasi-Soju.jpg
(Foto: Dok. Istimewa)

RIAU ONLINE - Sloki-sloki berisi soju saling berdenting seraya terdengar ucapan "Geonbae!" Lalu mereka yang junior menuangkan segelas alkohol ke gelas seniornya. Bagi pencinta drama korea tentunya tak asing dengan adegan ini.

Sejumlah drama korea atau K-drama menyelipkan budaya minum soju atau alkohol saat berkumpul. Sebut saja Business Proposal (2022), Work Later, Drink Now (2021), Hospital Playlist (2020-2021), Mystic Pop Up Bar (2020) hingga Descendant of the Sun (2016).

Di Indonesia, soju bahkan sudah masuk ke restoran-restoran Korea maupun bar. Bahkan, tidak sulit mendapatkan soju di e-commerce. Ada peringatan batas usia, sebab alkohol hanya bisa dibeli oleh mereka yang berusia 21 ke atas.

Belakangan soju halal tengah menghebohkan para pecinta Korea di Indonesia. Sebetulnya produk yang diklaim halal itu adalah sparkling water alias air soda berperisa buah-buahan yang sama sekali tidak mengandung alkohol.

Berbeda dengan soju tradisional Korea, soju halal tersebut tidak dibuat dari fermentasi beras. Harganya juga relatif terjangkau.

Awalnya, sebutan soju halal ini digagas oleh seorang pecinta budaya Korea asal Bandung, Sovi Rihmatul Afifah, sekitar akhir 2019 lalu. Berawal dari rasa penasaran dengan rasa soju, Sovi meracik sendiri soju halal yang tentunya tanpa alkohol. Padahal Sovi tidak tahu rasa soju yang asli, karena belum pernah mencobanya.

“Makanya kalau ditanya, kalau aku bilang sih enggak akan nemu di minuman lain, karena itu benar-benar rasanya aku buat sendiri. Apa yang ada di pikiran aku, kayak gimana rasanya, aku bikin dalam bentuk minuman itu,” kata Sovi dikutip dari Kumparan, Minggu, 27 November 2022.

Produk soju halal yang itu dinamai Mojiso pun laku keras. Sebagai founder, Sovi mengaku sebagian pembelinya adalah para K-popers yang penasaran dengan rasa soju. Awalnya Sovi mengusung nama soju halal dan menaruh label halal sendiri di produknya. Namun kemudian mendapat teguran dari MUI.


“Ternyata kita tuh enggak boleh bikin label halal sendiri. Jadi kita harus resmi dari MUI. Nah, akhirnya mendaftar, lah, dengan beberapa ketentuan. Salah satunya, jangan menggunakan nama soju. Semenjak mengurus MUI, kita tidak pernah mengklaim lagi bahwa itu soju. Karena dari isinya juga memang bukan, sih. Iya, betul, memang dari awal sparkling water,” jelasnya.

Sebotol Mojiso all-variant bisa dibeli seharga Rp 45 ribu. Belakangan banyak produk yang mengikuti jejak Mojiso. Di e-commerce, ada sejumlah produk soju halal dengan harga sekitar Rp 15 ribu per botolnya.

Lalu, bagaimana bisa budaya minum soju berkembang hingga ke Tanah Air?

Soju tradisional Korea sebenarnya dihasilkan dari penyulingan etanol yang diproduksi dari fermentasi beras. Namun, sebagian besar produsen saat ini menggunakan bahan tambahan maupun pengganti beras, seperti gandum, biji-bijian, tapioke, atau ubi jalar. Tiap merek soju pun memiliki kadar alkohol yang berbeda, mulai dari 20 persen sampai 15 persen alkohol berdasarkan volume (ABV).

Menurut Korea JoongAng Daily, minuman bening itu muncul sejak era Dinasti Goryeo pada abad ke-13. Kala itu soju diproduksi untuk kebutuhan medis dan harganya sangat mahal.

Soju sebagai minuman beralkohol lalu gencar diproduksi pabrik untuk dikonsumsi masyarakat luas. Puncak kejayaan soju terjadi pada sekitar tahun 1960-an. Ketika itu, merek Jinro menjadi pionir minuman soju yang populer.

Budaya minum soju biasa muncul di berbagai situasi sosial di Korea. Misalnya, saat di bar, di acara pernikahan atau pemakaman, saat kumpul bersama keluarga, menjadi teman barbekyu-an bersama rekan kerja dan teman-teman. Tapi, tak jarang masyarakat Korea minum soju seorang diri untuk menghilangkan stres.

Korea Selatan sempat menjadi negara dengan konsumsi minuman alkohol hasil distilasi atau spirits tertinggi di dunia pada tahun 2015. Statista menyebut, angka konsumsinya mencapai 32,39 liter per kapita, lebih tinggi dari Rusia. Per 2022, WHO mencatat negeri ginseng itu masuk dalam daftar negara dengan angka hidup berkurang paling banyak karena alkohol.

Nah, sejak 2000-an, demam Hallyu atau Korean Wave atau gelombang budaya Korea kian berkembang di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia. Sebuah jurnal berjudul Citizen’s Perception on Korea Hallyu Gastrodiplomacy: A Netnography Research (2022), menyebutkan bahwa pada masa itu demam musik Kpop, drama, hingga reality show mulai muncul hingga mempengaruhi gaya hidup. Berbagai hal yang berkaitan dengan Korea mulai diminati, seperti makanan, bahasa, hingga fesyen dan make up, termasuk budaya minum soju.

Para idol Kpop saat ini bahkan tak ragu membuat talkshow atau reality show sambil minum soju, seperti di acara populer milik grup Seventeen, Going Seventeen, dan acara YouTube Even Though There’s Nothing To Eat yang dipandu rapper muda Lee Young Ji.

Bagaimana dengan kamu? Tertarik mencoba soju halal?