(defri)
Minggu, 23 Agustus 2020 14:19 WIB
(defri)
Laporan: DEFRI CANDRA
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Lemang, salah satu kuliner tradisional yang masih eksis dan banyak dijual di pinggiran Jalan Sudirman, Pekanbaru.
Memiliki cita rasa gurih dan legit, perpaduan ketan dan tapai bercita rasa keasam-asaman menambah nikmat dilidah.
Cara memasak lemang, atau biasa disebut lamang bagi warga Pekanbaru ini dibakar di dalam bambu, bukan dikukus membuat jajanan ini bisa bertahan selama tiga hari tanpa basi.
Makanan Klasik ini ditawarkan pedagang kepada pengendara motor dan mobil dikemas dengan rapi.
Berukuran tiga jengkal, dibalut dengan kertas koran dan ujungnya ditutup dengan daun pisang.
Untuk mengencangkannya, diikatkan karet gelang pada ujung-ujung lemang agar terhindar dari debu jalanan.
Baca Juga
Satu batang lamang dipatok dengan harga Rp40.000. Satu batang tersebut bisa dibagi hingga 16 potongan. Sementara itu, tapai ketannya dijual Rp15.000.
Nonik, wanita asli Jakarta dan suami orang Pekanbaru ini mengaku sudah berjualan lamang tapai di depan kantor PT. Taspen Jalan Sudirman Pekanbaru sejak tahun 2010.
"Saya jualan di sini sejak awal menikah tahun 2010, dan suami saya asli Pekanbaru," ucapnya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Minggu, 23 Agustus 2020.
"Saya mulai jualan jam 11.00 - 17.00 Wib setiap hari," kata wanita 31 tahun tersebut.
Lamang Bukan Buatan Sendiri
Nonik mengaku, lamang yang dijual dan pedagang lainnya bukan buatan sendiri, tapi punya orang lain yang perjualkan.
“Saya dan pedagang lainnya kebanyakan hanya sebagai penjual saja," sambungnya.
"Bos kami masing-masing yang masak setiap hari, pagi-pagi kami ambil kemudian menjelang siang baru dijual di pinggir jalan ini,” pungkasnya.
Lamang yang biasanya kerap dijumpai saat bulan Ramadan ini, kini dapat anda temui dengan mudah di sepanjang Jl. Sudirman, dari pukul 12 siang hingga 5 sore.
Meski beragamnya makanan modern di tengah masyarakat, makanan tradisional lamang tetap mendapatkan tempat di hati masyarakat.