Cara Memperbanyak Aglonema Ala Ambonfarm

bunga-aglonema.jpg
(muthi)

Laporan: Muthi Haura

RIAU ONLINE, PEKANBARU – Jalan Ambon Kecamatan Tenayan Raya tampak sepi. Hanya ada beberapa rumah dengan cukup berjauhan. Memandang kesebelah kanan, dapat dijumpai sebuah plang kecil berwarna hijau bertuliskan Ambonfarm. Bendera merah putih pun turut berkibar didekat plang tersebut.

Memasuki wilayah Ambonfarm, mata dimanjakan dengan berbagai tanaman hijau. Beberapa meter dari plang, sebuah rumah beton milik Edi Iskandar berdiri. Edi Iskandar sendiri merupakan pemilik Ambonfarm. Lelaki paruh baya berkaus biru yang dipadukan dengan celana jins itu tersenyum ramah.

Edi mengajak kebekalang rumahnya, pusat dimana Ambonfarm ia dirikan. Tepat dibelakang rumah Edi dengan dibatasi seng-seng, tampak berjejer kolam ikan berbagai bentuk. Ada kolam ikan yang terbuat dari beton, ada kolam kecil, dan ada juga kolam besar. Di dalam masing-masing kolam, ada berbagai jenis ikan, mulai dari ikan patin hingga ikan hias.



Tak hanya dipenuhi kolam ikan, Ambonfarm juga memiliki berbagai macam tanaman, salah satunya aglonema. Tanaman hias yang dijuluki ‘sang ratu daun’ ini merupakan tanaman dari suku Araceae (talas-talasan). Aglonema memiliki berbagai jenis varian, ada aglonema cinta, claudia, red ruby, red kochin, lipstik, tiara, pride of Sumatra, bidadari, legacy, adelia, widuri, dan lain sebagainya.

Edi juga menjelaskan bagaimana cara memperbanyak aglonema ala Ambonfarm. Cara pertama, tanaman aglonema yang berada didalam pot dikeluarkan, lalu dipotong-potong bagian akar hingga daunnya.
Dari satu aglonema itu, pisah-pisahkan antara daun, batang, akar yang satu dengan daun, batang, akar lainnya.

Kedua, tanah dalam pot dikeluarkan, campur dengan pasir, dan sekam bakar. Ukuran pencampurannya 1:1:1, lalu diaduk rata. Cara ketiga, setelah media tanam yang sudah dicampur tadi, masukan dalam pot setengah bagian pot. Masukan aglonema yang sudah dipisah-pisah tadi, tapi bagian daunnya diikat.

“Yang keempat, isi kembali pot hingga penuh dan padatkan,” kata Edi.

Sembari mengumbar tawa, Edi berujar bahwa dirinya dan istri disaat awal Aglonema booming, ia sempat menjual murah. Jadi diawal, dirinya mematok harga Rp 40 ribu, lalu tetangga-tetangga membeli kepada Edi dengan harga murah. “Pada beli, malah ada yang beli Rp 25 ribu,” tutupnya.