Pemateri menyampaikan materinya dalam pameran voice photography and talkshow, Sabtu, 16 September 2017
(Azhar Saputra)
RIAU ONLINE, PEKANBARU - Dua orang yang karya fotonya sudah malang melintang dinikmati hingga keluar negeri membeberkan bagaimana para pengguna smartphone dapat menghasilkan gambar profesional, layaknya hasil jepretan kamera Digital Single Lens Reflex (DSLR).
Widiarso, yang kesehariannya berprofesi sebagai jurnalis foto dari harian Pekanbaru Pos. Dalam pameran voice photography dan talkshow di Perpustakaan Soeman HS pada Sabtu, 16 September 2017, ia mengatakan untuk menghasilkan karya foto yang terbilang bagus dan dapat berbicara, pertama-tama harus mengenal seluk beluk gawai yang dimiliki.
"Kalau sekarang handphone masyarakat di pedesaan mungkin kualitasnya kurang. Tetapi berbeda dengan masyarakat perkotaan. Pertama, syaratnya harus kuasai kamera kita. Maka dari itu memakai hp pun saya rasa sudah mempuni untuk menghasilkan gambar yang kita inginkan," katanya.
Baca Juga:
Menjelajah Riau Lewat Pameran Voice Photography Dan Talkshow Bersama Scale Up Dan AJI
Setelah paham betul seluk beluk gawai yang kita miliki, hal selanjutnya agar hasil gambar yang dibuat berbicara memiliki naluri sekelas profesional adalah angel alias sudut pandang.
"Sudut pandang atau angel. Setiap orang itu pasti memiliki angel yang berbeda. Apakah dari atas, bawah, samping. Untuk melatihnya itu kembali lagi dari kemampuan kita. Artinya jika semakin sering, maka semakin bagus pula kita mendapatkan gambar yang bagus," imbuhnya.
Jika ke-dua hal tersebut telah dikuasai, maka tentukanlah tema yang akan mau kita ambil. Pada kesempatan yang sama, Safrizaldi, pekerja lepas yang telah banyak mengisi fotonya di media nasional, The Jakarta Post mengatakan bahwa gambar yang akan dihasilkan dari smartphone haruslah bisa menularkannya ke orang banyak.
"Kembali lagi kita ke awalnya. foto itu untuk apa. Ini soal menambah jam terbang. Jadi insting yang muncul. Apa rasa yang mau ditularkan itu harus bisa sampai. Baru bisa,"kata pria yang akrab disapa Aljampang ini.
"Contohnya ini (foto banjir Bono). Orang motret banjir itu kan sudah biasa.. Jadi saya cari banjir gembira. Pergilah Ke Teluk Meranti. Anak-anak main banjir disana. Pesan yang saya samapaikan saat itu bahwa banjir itu sangat dinikmati. Voice photography nya menujukkan suatu keadaan yang bisa disikapi. Sehingga hasilnya bisa mempromosikan, membuktikan dan mendorong perubahan," tutupnya.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE
Follow Twitter @red_riauonline
Subscribe Channel Youtube Riau Online,
Follow Instagram riauonline.co.id