SHINTA Ratri duduk di bagian teras (depan) rumahnya selama ini dijadikan sebagai Pondok Pesantren waria Al Fatah, Senin (22/2/2016). Di sini, para waria belajar tentang agama Islam.
(VOA/MUNARSIH)
RIAU ONLINE, YOGYAKARTA - Kegiatan di Pondok Pesantren khusus waria, Al Fatah, terhenti sejenak usai diserbu massa yang tergabung dalam Front Jihad Indonesia (FJI), Minggu (22/2/2016).
Sehari usai didatangai FJI, Senin (22/2/2016), pesantren waria Al Fatah sudah tampak seperti biasa, pintu depan maupun belakang rumah terbuka lebar. Di rumah gaya Limasan yang luas di kawasan padat penduduk Kotagede milik Shinta Ratri, sejak 2014 menjadi pusat kegiatan pesantren waria itu tetap menerima banyak tamu.
(Baca Juga: Seks Oral Picu Kanker Tenggorokan)
Shinta Ratri, pimpinan pesantren mengaku untuk sementara semua kegiatan kajian agama dihentikan hingga tercapainya kesepakatan dalam pertemuan direncanakan dengan FJI.
“Keputusan kita, nanti itu akan ada pertemuan pihak pesantren dengan Front Jihad Indonesia (FJI), saling memberikan pemahaman. Itu nanti akan dimediasi Kapolsek (Banguntapan). Di dalam pertemuan itu juga ada Kyai Abdul Muhaimin, ada juga dari kecamatan dan kelurahan di sini. Sementara aktivitas keagamaan tidak kami adakan sama sekali,” kata Shinta Ratri.
Sekretaris pesantren Al Fatah, Mbak YS, shock dengan kedatangan FJI yang memprotes kegiatan belajar agama di pesantren yang berdiri tahun 2008 itu.
Mbak YS menceritakan, secara psikis teman-teman waria down. Namun, Insya Allah mereka memilih semangat tetap beribadah. Ia bingung ketika seseorang ingin beribadah, kenapa justru dihalangi. Harapannya, pondok pesantren tetap ada, karena itu merupakan ruang buat memfasilitasi teman-teman beribadah.
"Juga memberikan ruang nyaman bagi waria beribadah, karena dengan jender sebagai waria kita sudah membuat ketidaknyamanan sendiri dulu ketika mengakses ibadah di tempat umum. Tujuan kita murni hanya beribadah, belajar agama, secara kualitas hidup saya sendiri kini menjadi lebih tertata dengan perilaku saya,” kata Mbak YS, dilansir dari voaindonesia.com.
(Klik Juga: Gara-gara Kritik LGBT, Nike Putus Kontrak dengan Manny Pacquiao)
Mbak YS mengaku nyaman menjalankan ibadah salat dengan mengenakan sarung dan baju koko, sedangkan rekan lain lebih nyaman mengenakan mukena. Rekan waria lainnya, Mbak Nur juga mengaku bingung ketika mendengar pesantren akan diprotes oleh kelompok FJI.
“Ya kita tidak menyangka ada peristiwa seperti itu karena disini kita benar-benar belajar saja, belajar Iqro’ belajar shalat, wushu yang benar saja. Ya waktu itu bukannya lari, tetapi sekedar menyelamatkan diri saja,” lanjutnya.
Kyai Abdul Muhaimin, pendiri dan pengasuh pesantren putri Nurul Ummahat, juga di Kotagede, ikut membina Pesantren Al Fatah mengatakan, para waria itu benar-benar belajar agama. Bahkan kegiatan mereka sudah sepengetahuan Kantor Wilayah Kementerian Agama DIY.
“Ya mereka itu orang yang beribadah ya dilindungi, diberi kemerdekaan. Di sini mereka mengaji beneran tidak ada yang negatif. Seharusnya dibantu dicarikan jalan keluar, diperlancar gitu lho. Diskusi-diskusi di sini berjalan baik, dan sebelum menyelenggarakan acara pasti datang ke rumah saya. Masyarakat juga menerima, dan masyarakat kalau saya ngaji itu mereka juga datang kok,” jelas Kyai Abdul Muhaimin.
Agnes Dwi dari Komunitas Masyarakat Bhineka Tunggal Ika mengingatkan, berdasarkan konstitusi tidak semestinya orang melakukan intimidasi terhadap oarang yang melakukan ibadah di rumahnya sendiri.
(Lihat Juga: Kritik LGBT, Pacquiao Posting Foto Dilengkapi Ayat Injil)
“Semua warga negara memiliki hak sama di republik ini tidak boleh ada yang diancam, tidak boleh diintimidasi, juga tidak boleh ada orang mengusir orang lain karena konstitusi kita menjamin itu. Ini kan rumah sendiri, secara hukum administrasi ia juga tercatat sebagai warga negara, tidka boleh ada orang melakukan mengusiran, ancaman dan intimidasi, kekerasan tidak boleh dilakukan,” kata Agnes.
Sementara itu, Kepala Polsek Banguntapan Kompol Suharno menjamin sepenuhnya keamanan pesantren Al Fatah.
“Jadi yang penting situasi harus aman, harus kondusif, itu saja buat saya, sampai aman tidak ada jatahnya berapa hari. Tidak ada batas waktunya karena ini wilayah saya, wilayah Banguntapan sampai benar-benar aman. Mulai hari ini Babin saya akan disini setiap hari setiap detik jika perlu untuk memberikan pengamanan di sini,” kata Kompol Suharno.
Sukai/Like Fan Page Facebook RIAUONLINE dan Follow Twitter @red_riauonline