136 Titik Panas Terdeteksi di Riau Sejak Januari, Karhutla Diperkirakan pada Agustus

Karhutla-lahan-sawit-warga-rohil.jpg
(Dok Polsek Kubu)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) diperkirakan akan kembali melanda Riau pada Agustus 2025.

Kasubdit Ekonomi Dit Intelkam Polda Riau AKBP Boy Ashar mengatakan cuaca ekstrem masih menyelimuti tahun 2025, sehingga potensi karhutla mesti diwaspadai. Ia berharap semua pihak dapat bersinergi dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.

Sementara itu, Asisten I Zulkifli Syukur menjelaskan kolaborasi dan sinergi yang erat antara pemerintah dan stakeholder terkait dapat memudahkan untuk mengetahui lebih awal potensi karhutla dan mengambil kebijakan terbaik dengan cepat.

"Melihat data tadi, kebakaran hutan di Riau akan diperkirakan pada Agustus mendatang. Sebab itulah, kolaborasi yang kita lakukan baiknya tidak hanya di tingkat provinsi tapi harus sampai ke kecamatan dan kelurahan," kata Zulkifli dalam dialog khusus yang digelar di LPP TVRI Pekanbaru, Rabu 26 Februari 2025.

Menurutnya, sinergi yang baik dan langkah yang tepat untuk mencegah karhutla tahun ini dapat meminimalisir terjadinya kebakaran hutan, sehingga Riau tetap kondusif.

Selain itu, kata dia, Pemprov Riau telah membuat regulasi untuk mengantisipasi karhutla. Mulai dari Perda, Pergub, dan Juknis terkait penanggulangan karhutla.

"Harus ada tim kolaborasi bersama masyarakat [petani] ntuk mengupayakan agar karhutla itu tidak terjadi. Sebab, karhutla ini sangat berdampak, tidak hanya dari sisi ekonomi tapi juga sosial. Jika terjadi, tidak hanya di Riau saja berdampaknya tapi juga kepada negara tetangga kita," kata Zulkifli.


Sementara itu, menurut data BPBD Riau secara kumulatif dari Januari hingga Februari 2024, sudah terdeteksi 136 titik panas di Riau. Bahkan, 36 titik di antaranya telah menjadi titik api.

Luas lahan yang terbakar mencapai 72,31 hektare yang tersebar di Kabupaten Dumai, Bengkalis, Siak, Indragiri Hilir dan Kepulauan Meranti.

"Rata-rata, lahan yang terbakar masih di lahan masyarakat seperti lahan perkebunan, tapi lebih banyak lahan kosong. Sedangkan, di lahan korporasi tidak ada ditemukan lahan yang terbakar," ungkap Kepala BPBD Provinsi Riau Edy Afrizal.

Edy menuturkan lahan masyarakat yang terbakar saat ini merupakan perkebunan kelapa sawit, maupun milik pribadi.

BPBD Riau telah menyurati seluruh kabupaten/kota serta perusahaan yang menggunakan lahan gambut untuk melakukan pengecekan peralatan yang digunakan saat terjadi karhutla.

"Untuk BPBD daerah apabila terkendala dengan kerusakan pada peralatan seperti slang pemadam air, bisa diajukan kepada kita untuk mengantisipasi alat atau juga perbaikan peralatan yang rusak," kata Edy.

Meski begitu, kata Edy, peningkatan status karhutla dari siaga 3 (normal) ke siaga 2 (waspada) maupun siaga 1 (siaga darurat) bisa dilihat dalam satu bulan ke depan.

Status karhutla akan dinaikkan menjadi waspada jika terjadi peningkatan dalam satu bulan ke depan.

"Semoga di tahun ini kebakaran lahan di Riau bisa berkurang dan tidak seperti ditahun-tahun sebelumnya," harapnya.