Tahukah Kamu? 12 Pahlawan Nasional RI Berasal dari Sumatera

Monumen-rakyat-riau1.jpg
(LARAS OLIVIA/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Tidak terhitung banyaknya rakyat Indonesia yang berjuang untuk merdeka di masa penjajahan. Sejumlah nama berhasil dikenang dan diabadikan dalam sejarah Indonesia, mereka disebut sebagai pahlawan nasional yang telah berkontribusi besar untuk melawan para penjajah.

Adapun sejumlah nama pahlawan nasional yang berasal dari Sumatera, di antaranya:

1. Sisingamangaraja XII

Raja Sisingamaraja XXI mulai memimpin pada tahun 1876 dan menggantikan ayahnya yang memiliki gelar sebagai Sisingamangaraja XI. Nama lengkapnya adalah Patuan Bosar Sinambela ginoar Ompu Pulo Batu. 

Raja ini membawa pasukan dari negerinya pada masa itu, untuk melawan pos-pos Belanda di Sumatera Utara.

2. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol memiliki nama asli Muhammad Shahab. Lahir di Bonjol, Pasaman pada tahun 1772 dan meninggal pada 6 November 1864 di Lotak, Pineleng, Minahasa.

Beliau merupakan sosok pemimpin dalam sejarah Perang Padri (1803-1838) yang sangat populer.

3. Mohammad Hatta

Mohammad Hatta adalah tokoh proklamator kemerdekaan Indonesia dan pendamping Ir. Soekarno sebagai wakilnya untuk menjadi presiden pertama Indonesia pasca kemerdekaan. Ia kelahiran 12 Agustus 1902 di Fort de Kock, Bukittinggi.

Beliau merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Sumatra Barat.

4. Tuanku Tambusai

Harimau Paderi yang lebih dikenal sebagai Tuanku Tambusai adalah pahlawan yang lahir di Rokan Hulu pada 5 November 1784, dan berjuang di daerah Rokan Hulu dan sekitarnya hingga 15 tahun untuk melawan penjajahan Belanda.

5. Raja Ali Haji (RAH)



Dikenal sebagai Bapak Bahasa Indonesia, Raja Ali Haji lahir pada tahun 1808 di Selangor, beliau merupakan putra Raja Ahmad dan cucu dari Raja Haji Fisabilillah, juga saudara Raja Lumu yakni sultan pertama Selangor.

6. Sultan Mahmud Badaruddin II

Sultan Mahmud Badaruddin II  lahir di Palembang pada tahun 1767 dan wafat di Ternate pada 26 September 1852, beliau merupakan pemimpin Kesultanan Palembang Darussalam yang berkuasa selama dua periode yakni 1803–1813 dan 1818–1821.

7. A.M Thalib

A,M Thalib merupakan tokoh militer Indonesia yang lahir di Palembang, 23 Februari 1922 hingga wafat di Jakarta pada 17 Juni 2000. Selain sebagai tokoh militer, beliau pernah menjadi jurnalis dan juga wirausaha. A.M Thalib bersama dengan rakyat dan pejuang Sumatera Selatan mengangkat senjata melawan pasukan Belanda yang tengah melakukan agresi militer pada tahun 1949.

Pada masa itu beliau beserta dengan jajaran militer Sumatera Selatan melaksanakan gerakan bumi hangus. Gerakan bum hangus artinya seluruh fasilitas yang bisa dimanfaatkan oleh Belanda akan dihancurkan total termasuk dengan gedung, jalan raya, jembatan, dan bahkan kebun-kebun.

8. Raden Inten II

Raden Inten II merupakan pahlawan nasional yang berasal dari Sumatra. Beliau lahir di Negara Ratu, Lampung pada 1834 dan wafat pada 5 Oktober 1856 pada usia 22 tahun. Raden Inten II adalah Raja di Negara Ratu yang pada masa kini dikenal sebagai Provinsi Lampung.

9. Depati Amir

Depati Amir merupakan putra dari Depati Bahrin, dan tercatat turut melawan Belanda selama tahun 1820–1828 bersama dengan Depati Hamzah, saudaranya yang berada di bawah komando ayah mereka. 

Beliau meninggalkan jabatan depati yang diberikan oleh pihak Belanda dan memilih untuk bergerilya di hutan–hutan Bangka Belitung dengan tujuan untuk menentang monopoli perdagangan timah yang menyimpang serta menyengsarakan rakyat.

Beliau juga menumpas perompak di perairan Pulau Bangka bersama dengan 30 pengikutnya. Depati Amir kemudian tertangkap dan diasingkan ke Nusa Tenggara Timur.

10. Fatmawati

Fatmawati lahir di Bengkulu pada 5 Februari 1923 dan wafat di Kuala Lumpur, Malaysia pada usia 57 tahun. Ia merupakan penjahit Sang Saka Merah Putih untuk 17 Agustus 1945.

11. Cut Nyak Dhien

Wanita kelahiran di Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 ini wafat di Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908. Beliau dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang.

Ia adalah wanita yang tercatat berani maju ke medan perang bersama suaminya Teuku Umar, menghadapi para penjajah. Bahkan setelah suaminya gugur, ia bersama pasukannya tetap berjuang.

12. Sultan Thaha Syaifuddin

Sultan Thaha Saifuddin lahir di Tanah Pilih, Kesultanan Jambi, 1816 dan wafat di Betung Bedarah, Tebo, 26 April 1904.

Sultan Thaha Syaifuddin menolak untuk memperbarui perjanjian yang diberlakukan pada para pendahulunya oleh pihak Belanda, yang melakukan invasi Jambi pada tahun 1858. Beliau, dengan berbagai cara, terus mengklaim kesultanan serta menguasai bagian-bagiannya yang sulit dijangkau hingga pada akhirnya, beliau dibunuh oleh tentara Belanda.