Taman Burung Jauhari Siak, Riwayatmu Kini: Kusam, Tak Lagi Dikunjungi

Taman-burung-jauhari-siak.jpg
(HENDRA DEDAFTA/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, SIAK - Saat rintik hujan mulai turun, Yayan harus memindahkan burung-burung dalam sangkar ke bangunan depan Taman Burung Jauhari, Kabupaten Siak, Rabu, 2 Oktober 2024, sore.

Yayan tampak bolak-balik untuk melindungi burung-burung itu agar tak diguyur hujan. Di tangannya, sebanyak 28 jenis burung terawat dengan sehat dan bersih.

Sayangnya, Taman Burung Jauhari di Kelurahan Sungai Mempura, Kecamatan Mempura, Siak, itu tak lagi ramai dikunjungi.

Padahal, taman ini dibangun Dinas Pariwisata Kabupaten Siak sebagai destinasi edukasi untuk anak-anak, tapi gagal dikembangkan.

Taman burung ini di bangun terbuka dengan pagar kawat dan jaring sebagai pagar. Dari luar, bangunan berwarna putih itu tampak kusam.

Dua gugusan bangunan hingga keseluruhan taman disergap kepungan rumput liar yang membuatnya tampak menakutkan.

Kondisinya yang terkesan menyeramkan seperti tak layak lagi sebagai tujuan wisata edukasi anak-anak. Para orang tua khawatir, anak-anak dipatuk ular yang mungkin saja bersembunyi di semak dari rumput liar di luar bangunan.

Sedangkan Yayan, hanya bertugas untuk memastikan burung-burung di taman itu tetap sehat. Ia tak bertanggung jawab untuk kecelakaan pada hal-hal buruk yang berpotensi terjadi pada pengunjung.

“Masalah lain itu kami tidak tahu, kami menjalani pekerjaan kami begini dengan baik,” ujar Yayan kepada RIAU ONLINE.



Yayan tak menampik bahwa tingkat kunjungan kian sepi. Padahal, biaya masuk ke taman ini hanya dipatok Rp 5.000 untuk orang dewasa dan Rp 3.000 untuk anak-anak.

Meski jenis burung di taman ini belum terlalu banyak dan variatif, anak-anak dapat melihat dan mengenali jenis burung. Mulai dari burung elang, lovebird, burung hantu, kakatua, murai, merpati, hingga merak.

“Kadang ada komunitas yang nitip untuk beberapa waktu, burungnya jadi banyak jumlahnya,” kata Yayan ramah.
Yayan tidak sendirian. Ia bersama 5 petugas lainnya dipekerjakan Dinas Pariwisata Siak secara bergantian untuk merawat burung-burung di Taman Burung Jauhari.

“Sebelum pakan habis kami sudah memberikan usulan ke dinas sehingga pakan tak pernah terputus, kami sangat menjaga ini,” katanya.

Kepala Dinas Pariwisata Siak, Tekad Perbatas Setia Dewa, tak menampik bahwa Taman Burung Jauhari kurang diminati wisatawan. Ia menyebut penyebab adalah belum adanya penambahan burung yang menarik.

“Ya benar, awal-awal dulu lumayan banyak pengunjung,” ujarnya. Sejak awal, proyek pembangunan taman burung ini memang diwarnai kontroversial. Bangunan kandang burung tersebut merupakan proyek sarana penunjang ekowisata Mempura.

Proyek yang menelan Rp 1,79 miliar dari APBD Siak tahun anggaran 2014 ini sempat bermasalah hingga sejumlah pejabat sempat diperiksa Tipikor Polres Siak. Namun hingga Oktober 2024 ini belum jelas duduk perkaranya.

Pembangunan sempat mangkrak selama 2 tahun. Jaring yang sudah dipasang sempat dicuri maling.

Pada 2017, Dinas Pariwisata Siak kembali menganggarkan untuk kelanjutan pembangunan dengan nilai anggaran Rp 1,2 miliar rupiah.

Sedikitnya ada Rp 3 miliar uang rakyat Siak yang tertelan oleh pembangunan tersebut. Masyarakat menilai pembangunannya itu merupakan proyek gagal yang harus diusut hingga tuntas.

Bangunan taman itu terdiri dari 13 tiang besi penyangga jaring-jaring dan bangunan tembok untuk petugas piket dan toilet. Warga Mempura sendiri tertawa melihat bangunan tersebut.

Sementara itu Kapolres Siak AKBP Asep Sujarwadi melalui Kasat Reskrim, AKP Bayu Ramadhan Effendi mengatakan akan menanyakan terlebih dahulu perkara tersebut ke bawahannya. Sebab, perkara tersebut sudah lama.

“Harus saya tanyakan dulu perkara ini,” ujarnya.