Hadiri MKKS SMA Negeri/Swasta Rohul, Kadisdik Riau Minta Kepsek Berantas Pungli

Kadisdik-Riau-Tengku-Fauzan-di-Rohul.jpg
(Winda Mayma Turnip/RIAU ONLINE)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Riau, Tengku Fauzan Tambusai meminta kepala sekolah berkomitmen memberantas pungutan liar (pungli) di sekolahnya masing-masing.

Ia mengingatkan, tanggung jawab tenaga pendidik terhadap masa depan bangsa sangatlah besar. Karena, apa yang diajarkan kepada anak-anak didik hari ini, akan menjadi acuan bagi anak-anak di masa dewasanya.

"Saya minta, jangan ada pungli lagi di sekolah. Tanggung jawab kita besar, apa yang kita lakukan hari ini, akan menjadi dasar bagi anak-anak yang akan meneruskan dan menggantikan tempat kita dimasa depan. Pungli ini akan menjadi contoh yang buruk, seakan-akan dianggap wajar dan ditiru sampai generasi mendatang. Artinya, kita bisa merusak generasi mendatang karena perbuatan kita hari ini," ujarnya saat menghadiri Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMA Negeri/Swasta di SMA Negeri 1 Rambah Hilir, Kabupaten Rokan Hulu (Rohul), Selasa, 30 April 2024.

Ia menjelaskan, pungli tidak hanya sangat merusak kualitas pendidikan, tetapi juga merusak kepercayaan masyarakat kepada satuan pendidikan.  Dengan demikian, akan semakin sulit bagi dunia pendidikan untuk berkembang dan lebih maju dalam upaya menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

"Saya baru beberapa bulan duduk di Kadisdik, sudah banyak saya dengar juga. Misalnya saat pengangkatan PPPK, kalau langsung sama Kadisik bayar sekian, kesini bayar sekian. Sangat miris. Saya selaku kepala dinas, meminta tolong, sekarang ini sudahi hal-hal yang tidak baik. Pungli ini, jangan ada lagi yang melakukan. Apabila masih ada, siapapun yang melihat, jangan segan-segan melaporkan ke Disdik Riau," jelasnya.

Di samping itu, Tengku Fauzan, meminta kepala sekolah memperbarui data Dapodik sesuai kondisi sekolah. Ia menjelaskan, data Dapodik merupakan acuan yang dilihat Kemendikbud untuk menganggarkan pendanaan pembangunan dan perbaikan sekolah-sekolah di daerah.



"Kepala sekolah jangan memanipulasi data, jangan mengabaikan update data Dapodik. Itu acuan bagi Kementerian untuk mengucurkan dana terhadap pembangunan sekolah di daerah-daerah. Memang dulu ini menjadi acuan untuk mendapatkan akreditasi, tetapi sudah tidak lagi. Sekarang saatnya untuk mengupdate data sesuai kondisi sebenarnya. Sehingga pembenahan sekolah kita menjadi lebih baik dan tepat sasaran," jelasnya.

Hal ini ia sampaikan mengingat masih adanya sejumlah sekolah yang mengalami kerusakan di Kabupaten Rokan Hulu. Bahkan, ada sekolah yang mengalami kerusakan berat sehingga tidak layak menjadi tempat menuntut ilmu bagi siswanya.

Menurutnya, pembenahan sekolah harus menjadi fokus dan perhatian bersama dari pihak-pihak yang terlibat di bidang pendidikan. Mulai dari Dinas Pendidikan, pemerintah daerah, sekolah, tenaga pendidik hingga orang tua siswa dan siswa itu sendiri. 

Pembenahan sekolah juga harus berorientasi pada apa yang dibutuhkan oleh sekolah tersebut, dan bukan berdasarkan keinginan pihak kepala Disdik, kepala sekolah, ataupun keinginan pihak lainnya.

"Orientasi pembenahan sekolah harus fokus pada kebutuhan sekolah itu. Apa yang dibutuhkan untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah, apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan mutu dan kualitas sekolah. Jangan kita sesuaikan dengan keinginan orang-orang tertentu, tapi kebutuhan," jelasnya.

Tak hanya itu, ia juga meminta tenaga pendidikan tidak hanya mengajarkan ilmu, melainkan juga mengajarkan adab dan tata krama kepada siswanya. Sehingga generasi yang diluluskan dari sekolah, memiliki ilmu dan adab untuk menjaganya dari sikap angkuh dan lupa diri.

"Jangan lupakan untuk mengajarkan adab dan sopan santun kepada anak didik kita. Karena ketika mereka lulus nanti dan meniti masa depannya, bukan hanya ilmu yang mereka butuhkan, terapi juga adab dan etika," jelasnya.

Ia pun mencontohkan bagaimana negara-negara maju mendidik anak-anaknya. Tidak hanya ilmu, anak-anak tersebut dididik adab, etika dan sikap disiplin. Sehingga, mereka tidak hanya pintar, tetapi juga memiliki sikap menghormati, menjaga etika dan disiplin.

"Kalau kita bandingkan, masa-masa kita dulu juga sangat menghargai adab dan etika. Ini harus kita ajarkan kembali kepada anak-anak kita, bahwa kita harus saling menghormati, kepada yang lebih tua ataupun kepada teman sebaya, kita harus mempunyai etika dan sikap disiplin," pungkasnya.