RIAU ONLINE, PEKANBARU - Angka prevalensi stunting atau gangguan pertumbuhan terhadap anak di Kota Pekanbaru cenderung turun pada tahun 2024. Penurunan Angka prevalensi stunting diprediksi di bawah tiga persen.
Hal itu sesuai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2023 lalu. Kondisi serupa juga tercatat di elektronik pencatatan dan pelaporan gizi berbasis masyarakat (e-PPGBM).
Hasil pendataan di posyandu, angka stunting rendah dibanding tahun sebelumnya. Ada kemungkinan dari prediksi awal hasil pendataan tersebut angka prevalensi stunting tahun ini di bawah tiga persen.
"Kita memang masih menunggu hasil resminya, tapi untuk hasil pemantauan di lapangan, ada penurunan kasus stunting, bisa di bawah tiga," ujar Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Disdalduk KB) Pekanbaru, Muhammad Amin.
Menurutnya, tim mendapati data tersebut dari hasil penimbangan balita di posyandu. Para petugas tidak hanya menemukan anak yang terindikasi mengalami stunting atau dengan berat badan di bawah rata-rata balita.
Tim di lapangan sudah melakukan pemantauan dan hasilnya mengalami penurunan. Mereka setiap bulan melakukan penimbangan balita. Hingga kini, 85 persen balita sudah ditimbang di posyandu.
Amin memastikan dari hasil timbang berat badan balita tidak banyak yang mengalami stunting. Kebanyakan para balita berat badannya sudah ideal sehingga diprediksi kasus stunting alami penurunan.
"Hasilnya jumlah yang stunting tidak banyak, jumlah balita yang ditimbang cukup banyak di Kota Pekanbaru ini," paparnya.
Data Tim Percepatan dan Penurunan Stunting (TPPS) Kota Pekanbaru, angka prevalensi stunting masih fluktuatif. Ada kenaikan angka prevalensi stunting pada tahun 2022 silam yakni 16,8 persen. Sebelumnya, pada tahun 2021 angka prevalensi stunting turun di angka 11,4 persen.