RIAU ONLINE, PEKANBARU-Kasus dugaan pencabulan anak TK di Kota Pekanbaru beberapa waktu lalu menjadi sorotan dan viral di media sosial. Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Pekanbaru pun menindaklanjuti kasus tersebut.
Disdik bersama Dinas Pemberdayaan Perempuan (DPP) Provinsi Riau berupaya melakukan mediasi dengan mempertemukan orangtua korban dan orangtua terduga pelaku.
"Kita juga mengundang pihak sekolah, yayasan dan pengawas, pertemuan ini untuk mencari solusi seperti apa," ujar Kepala Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, Abdul Jamal, Rabu 17 Januari 2024.
Pihaknya pada pertemuan itu meminta jaminan kedua anak tersebut. Korban yang mengalami trauma begitu juga dengan terduga pelaku.
"Mereka jangan sampai tidak sekolah, kami akan mengawal itu. Kalau tidak mau sekolah itu, nanti kita akan cari sekolah mana yang mereka mau," paparnya.
Semua pihak terkait bakal melakukan pendampingan terhadap keduanya. Korban maupun terduga pelaku bakal mendapat pendampingan dari psikolog untuk mengatasi trauma keduanya.
"Ini yang kita lakukan, mediasi ini diharapkan ada perdamaian. Kita hanya mediasi, kalau ini diterima, berarti tidak berlanjut. Kalau seandainya berlanjut, ya kita persilahkan ke keluarga korban. Kita tidak bisa ikut campur," sebutnya.
Sebelumnya diberitakan, orangtua korban dugaan pencabulan yang terjadi di TK An Namiroh 17 menyebut anaknya mengalami trauma berat.
Menurut orangtua korban, DF, anaknya kini menjadi gampang emosi, membangkang, dan sering menghancurkan benda-benda di rumah. Anak mereka juga tidak mau diberitahu, susah menurut cenderung melawan.
"Perilaku anak saya sekarang lebih sering membangkang, emosian, memukul, menghancurkan dan melempar apa yang ada," ujar DF, Senin, 15 Januari 2024.
DF menyebut anaknya terkadang juga melakukan hal-hal aneh yang membuat pihak keluarga prihatin. "Sebelumnya ia tidak ada bersikap seperti ini, bahkan adiknya sering jadi pelampiasan jika semua permintaan tidak dituruti," ungkap DF.
Selain itu, kata DF, anaknya mendapat ancaman dari terduga pelaku yang merupakan teman sekelasnya di TK.
"Dari pengakuan anak saya juga, ada mendapat ancaman dari pelaku. Jika anak kami tidak mau membuka celana, tidak mau menuruti permintaan, pelaku tidak mau berteman dengan anak dan bahkan memusuhi anak saya," pungkasnya.