RIAU ONLINE, PEKANBARU- Menjadi seorang polisi menjadi impian dan cita-cita sebahagian anak saat duduk di bangku Sekolah Dasar.
Ada yang bercita-cita menjadi pilot, tentara, nahkoda, masinis, polisi, dokter dan bahkan ada yang bercita-cita menjadi astronot.
Namun, kali ini ada cerita atau kisah singkat dan menarik dari seroang pengangkut sampah yang anaknya sukses menjadi seorang polisi.
Meski dengan kondisi seadanya, keuangan bisa dikatakan kurang berada dan dari golongan bawah, mampu menyekolahkan 5 anaknya dan satu diantaranya berhasil menjadi polisi.
Kisah ini diambil dari seorang bapak-bapak pengangkut sampah, Amiruddin asal Pariaangan, Batusangkar, Sumatera Barat.
Memiliki lima anak, bukan suatu beban bagi mereka, karena pepatah orang dulu, banyak anak banyak rejeki masih diterapkan Amirrudin.
Hal ini terbukti dengan kelulusan anak bungsunya, Betra Antoni Pratama. Ia lulus menjadi Bintara Polda Riau peringkat 7 dari 400 peserta.
Kini, Betra Antoni Pratama resmi menjadi anggota kepolisian di Polda Riau dengan pangkat Brigadir Polisi Dua (Bripda).
Perjuangan Amiruddin Kerja Kuli Hingga Jadi Pengangkut Sampah.
Usia yang tak muda lagi tak membuat pria anak lima ini patah semangat. Ia datang ke Pekanbaru pada tahun 2001 menjadi seorang kuli bangunan.
Berselang setahun, lahir putra ke lima bernama Betra Antoni Pratama. Harapan besar ada pada Betra mampu mengangkat perekonomian keluarga.
Menjadi kuli bangunan, Amiruddin hanya mendapat uang Rp 25 ribu meski sudah banting tulang pagi hingga petang.
Saat itu, kakak Betra yang masih duduk disekolah Menengah Pertama (SMP) membawa kardus bekas lalu dijual. Uang yang didapatkan cukup banyak.
"Saat itu saya disuruh anak saya untuk beralih profesi menjadi pemulung. Nah saat itu saya bisa mendapat uang Rp 80 ribu," cerita Amiruddin.
Saat itulah dirinya mulai tertarik menjadi pemulung dan pengangkut sampah. Ia bisa menghidupi anak istri dengan kondisi seadanya.
Awal memiliki motor becak, Amiruddin mengaku kalau saat itu dirinya dipinjamkan uang Rp 500 ribu untuk membeli motor becak.
"Saat saya ingin membeli motor becak menunjang pekerjaan, tapi uang tak ada. Tiba-tiba ada tetangga meminjamkan uang Rp 500," kata Amir.
Mendapati penawaran uang Rp 500 membuat dirinya kaget, Amir tak percaya ada orang baik meminjamnya uang untuk membeli becak.
"Akhirnya saya terima tawaran itu. Cara saya menyicilnya dengan main julo-julo (arisan) hingga lunas," papar Amir.
Hal itulah yang dilakukan Amiruddin untuk memenuhi kebutuhan keluarga menjadi pemulung dan pengangkut sampah di Pekanbaru.
Betra Antoni Pratama Diterima Jadi Polisi dan Lulus
Sejak dari lahir, Betra memang niat untuk menjadi seorang polisi. Bahkan coretan kertas sejak usia tiga tahun diakui sang ayah anak memiliki bakat menjadi polisi.
Di sekolahpun, Betra bahkan sampai mencicil uang baju sekolah kepada guru karena keterbatasan ekonomi. Hal itu tidak membuat Betra patah arang.
Betra terus bekerja keras mewujudkan cita-cita menjadi seorang polisi dan membuat kedua orang tua bangga.
"Saat di SMA, saya sering mengajar Pramuka hingga PBB. Uang hasil mengajar saya gunakan untuk tes seleksi penerimaan anggota Polri," ujar Betra, Jumat, 5 Januari 2024.
Betra juga bercerita, kalau dirinya sudah berulangkali melakukan tes namun selalu gagal saat tes fisik dan kesehatan.
Hal tersebut diperbaiki Betra. Kemudian ia juga mencoba peruntungan menjadi anggota TNI, namun masih saja gagal.
Saat ada penerimaan bintara, Betra kembali melakukan pendaftaran dan melatih fisik dan kesehatan agar bisa lulus.
"Saya waktu itu masuk lewat jalus prestasi atlet silat dan karate. Saat tes fisik dari 400 peserta, saya ada urutan di nomor 7 dan dinyatakan lulus," cerita Betra.
"Alhamdulillah, kerja keras dan dukungan serta doa orang tua, saya lulus jadi bintara Polda Riau," paparnya.
Setelah dinyatakan lulus menjadi polisi, Betra langsung menemui guru-gurunya baik di SMA maupun di SMP.
"Atas dukungan dan suport guru, teman-teman , keluarga, kerabat, Betra bisa jadi Polisi. Semoga bisa membawa baik nama Institusi dan keluarga," pungkasnya.