Tahukah Kamu? Suku Talang Mamak Pendatang Pertama di Riau, Begini Kesehariannya

4-Fakta-mengenai-Talang-Mamak.jpg
(istimewa)

RIAU ONLINE, PEKANBARU - Provinsi Riau kental dengan adat Melayu, namun nyatanya Bumi Lancang Kuning tidak hanya dihuni dari suku Melayu. Meski Begitu, suku Talang Mamak menjadi suku asli pertama yang mendiami Riau.

Suku Talang Mamak sudah mendiami Riau sejak dahulu kala. Mereka memiliki latar belakang sejarah yang kaya dan terjaga dengan baik. Suku Talang Mamak tergolong dalam Melayu tua (proto Melayu) yang merupakan suku asli Indragiri. 

Mereka juga menyebut dirinya “Suku Tuha”, yang bermakna suku pertama datang dan lebih berhak terhadap sumber daya di Indragiri Hulu. Selain itu, suku Talang Mamak menghuni beberapa kecamatan di Kabupaten Indragiri Hulu di antaranya Kecamatan Batang Gangsal, Cenaku, Kelayang, dan Rengat Barat.

Dilansir dari berbagai sumber, Obdeyn, Asisten Residen Indragiri, menyebutkan bahwa masyarakat Talang Mamak berasal dari Pagaruyung yang terdesak akibat konflik adat dan agama. Menurut hikayat yang berkembang pada masyarakat tersebut, nenek moyang mereka turun dari Gunung Marapi menuju Taluk Kuantan, menelusuri Batang Kuantan dipimpin oleh Datuk Patih bergelar Perpatih Nan Sebatang, kemudian membangun pemukiman pada sehiliran sungai tersebut.

Dalam kehidupan sosial, mereka sangat tunduk kepada pucuk suku atau Batin. Begitu juga dalam hal adat istiadat perkawinan. Batin menjadi saksi penting bagi yang hendak menikah. Perayaan nikah kawin tersebut dirangkai. 

Pada umumnya, Suku Talang Mamak hidup dengan memanfaatkan kekayaan alam seperti berburu di hutan, menangkap ikan, dan memanfaatkan hasil hutan lainnya yang bisa digunakan untuk kelangsungan hidup. 


Namun seiring perkembangan zaman, suku Talang Mamak mulai mengenal bercocok tanam, sehingga dijadikan mayoritas mata pencaharian oleh Suku Talang Mamak yakni berladang dan menyadap getah karet.

Komunitas perkebunan pada suku ini adalah karet. Dalam mengembangkan kebun karet ini, masyarakat menggunakan sistem tumpang sari, yakni sebelum pohon karet bertumbuh besar mereka menanam padi dan tanaman semusim lainnya di sela–sela pohon karet.

Kepercayaan asli yang dianut oleh Suku Talang Mamak adalah animisme. Mereka sangat mempercayai adanya kekuatan gaib dalam benda-benda di sekitar, termasuk hutan.

Namun, kini sebagian masyarakat Talang Mamak telah menganut Islam dan Kristen. Tapi, terkadang mereka masih melakukan ritual-ritual yang masih memiliki unsur animisme.

Seperti tradisi mengilir atau menyembah raja/datok di Rengat pada bulan haji dan hari raya. Tradisi ini warisan dari sistem Kerajaan Indragiri. Mereka meyakini, jika tradisi itu dilanggar, akan dimakan sumpah yaitu "Ke atas ndak bepucuk, ke bawah ndak beurat, di tengah dilarik kumbang" yang artinya tidak berguna dan sia-sia.

Selain itu, berbagai penyakit juga dapat disembuhkan dengan upacara-upacara tradisional yang kerap dikaitkan dengan alam gaib melalui bantuan dukun. Suku Talang Mamak juga memiliki kesenian yang biasa dipertunjukkan pada pesta dan upacara lainnya, seperti pencak silat diiringi gendang, gambus, tari balai terbang, tari bulian, dan ketebung.

Artikel ini ditulis Anggi, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE