RIAU ONLINE, PEKANBARU - Sutardji Calzoum Bachri, bukan lagi nama asing di dunia sastra Indonesia. Ia dikenal sebagai sastrawan dan penyair kontemporer terkemuka di Indonesia.
Tapi siapa sangka? Sutardji Calzoum Bachri putra asli Riau yang lahir di Rengat, Kabupaten Indragiri Hulu. Kepiawaiannya dalam bersyair membuatnya pantas dijuluki sebagai Presiden Penyair Indonesia. Bahkan karyanya diakui hingga tingga internasional.
Ia mampu menorehkan prestasi yang membanggakan Riau sehingga Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau memberikan gelar Datuk Seri Pujangga Utama.
Pria kelahiran 24 Juni 1941 ini merupakan anak kelima dari sebelas bersaudara. Ia putra dari pasangan Mohammad Bachri dan Mau Calzoum. Pada 1982 ia menikah dengan Mardiam Linda dan dikaruniai seorang putri bernama Mila Seraiwangi.
Sutardji mulai aktif menulis dan bersyair saat berusia 25 tahun, saat itu ia masih seorang mahasiswa. Sajak-sajak, esai dan tulisan lainnya dikirim ke surat kabar mingguan di Bandung dan Jakarta, seperti, Sinar Harapan, Kompas, Berita Buana, Pikiran Rakyat, Haluan, Horison, dan Budaya Jaya.
Proses Sutardji hingga menjadi sastrawan terkemuka tidak mudah. Ia sampai mengikuti berbagai pelatihan, kuliah umum, dan lainnya untuk memperdalam kreativitas sastranya.
Pada musim panas 1974, ia mengikuti International Poetry Reading di Rotterdam, Belanda. Oktober 1974 sampai April 1975 ia mengikuti International Writing Program di Universitas Lowa, Lowa City, USA. Penataran P4 di Taman Ismail Marzuki, dan masih banyak lagi.
Berikut karya Sutardji dengan berbagai jenis mulai dari Puisi, Cerpen, Esai dan lainnya.
1. O, Kumpulan Puisi
2. Kucing
3. Aku datang padamu
4. Perjalanan Kubur David Copperfield
5. Realities Tanah Air
6. Amuk, Kumpulan Puisi
7. Kapak, Kumpulan Puisi
8. O, Amuk, Kapak, Kumpulan Puisi
9. Hujan Menulis Ayam, Kumpulan Cerpen
10. Gerak Esai dan Ombak Sajak Anno
11. Hijau Kelon dan Puisi
12. Isyarat, Kumpulan Esai
13. Atau Ngit Cari Agar, Kumpulan Puisi
14. Kecuali, Kumpulan Puisi
15. Dan masih banyak lagi
Luar biasanya, banyak sajak telah diterjemahkan. Harry Aveling menerjemahkan karya Sutardji ke dalam bahasa inggris dan diterbitkan dalam antologi Arjuna in Meditation (Kolkata, India, 1976), Writing From The World (Amerika Serikat), Westerly Review (Australia). Dua antologi berbahasa Belanda yaitu Dichters in Rotterdam dan Ik Wil Nog Duizend Jaar Level, Negen Moderne Indonesische Dichters. Empat Sajaknya yaitu Shang Hai, Solitude, Batu, dan Tanah Air Mata diterjemahkan ke bahasa Rusia dan dimuat dalam buku Mencari Mimpi dan masih banyak lagi karya Sutardji diterjemahkan ke berbagai bahasa dan diakui dunia.
Atas sumbangsih dan peran luar biasanya, Sutardji mendapatkan berbagai penghargaan seperti, Anugerah Seni Pemerintah Republik Indonesia, Anugerah Sastra Dewan Kesenian Riau, The S. E. A. Write Award dari kerajaan Thailand dan masih banyak lagi.
Di usianya yang sudah menginjak 82 tahun, Sutardji Calzoum Bachri masih aktif di dunia sastra.
Artikel ini ditulis A.Bimas Armansyah, peserta program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di RIAU ONLINE