RIAU ONLINE, PEKANBARU-Sejak pemerintah menyarankan untuk beralih ke beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) akibat melonjaknya harga beras di pasaran, tampaknya belum diminati penjual kedai nasi di Pekanbaru.
Hal itu diungkapkan seorang pedagang ayam geprek di Jalan Bangau Sakti, Panam, Riski. Ia menyebut dagangannya memakai beras bermerk Topi Koki.
"Pakai beras Topi Koki. Belinya sekaligus banyak. Untuk harga ayam geprek masih sama Rp11.000. Meskipun memang pendapatan penjualan agak menurun dikit," ujarnya kepada RIAUONLINE.CO.ID, Rabu 20 September 2023.
Bahkan, ia mengaku dua cabang warung nasinya yang ada di Manyar Sakti juga tidak menggunakan beras SPHP.
"Kami sudah punya langganan. Jadi emang langsung diantar ke kedai," tuturnya.
Senada dengan Riski, pedagang warung makan di jalan Garuda Sakti, Inur memilih membeli langsung dari agen dengan harga grosir sebab biaya yang ditawarkan lebih murah.
"Kami pakai beras Anak Daro. Dari agen langganan. Ya bisa sedikit lebih murah," tukasnya.
Meski demikian, Inur menyebut harga dagangannya masih sama seperti sebelumnya karena lokasi ia berjualan dekat dengan kampus.
"Karena di sini kawasan mahasiwa jadi harganya tetap. Paling disiasati dengan porsi sayuran atau cabe yang dikurangi," pungkasnya.
Diketahui, ketersedian Beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) di pasaran Pekanbaru pun mulai terhambat.
Pedagang beras di Pasar Cik Puan, Dasril (72) menyebut hal ini lantaran pembelian beras agak dipersulit karena memakai sistem yang berbeda.
Padahal sebelumnya, beras SPHP diambil langsung dari Bulog dan diantarkan langsung ke toko-toko di pasar.
"Kalau dulu itu datang beras dulu dan langsung bayar di sini, kalau sekarang tidak. Sekarang datang ke kantor Bulog, kemudian diambil DO-nya lalu nanti dibayar ke Bank BRI. Lalu melapor lagi ke Bulog. Namun setelah diproses bukan langsung datang malah katanya paling lambat besok," jelasnya.
Akibatnya, sudah sejak 2 hingga 3 hari belakangan para pedagang tidak memiliki stok beras SPHP.
"Padahal kata orang itu 2 kali seminggu 2 ton. Kenyataannya tidak ada, jadi biasanya sekali masuk 1 minggu 1 ton saja," ujarnya saat diwawancarai, Rabu 20 September 2023.